Peran Ganda Samsul Hadi sebagai Akademisi, Praktisi, dan Aktivis Literasi

Samsul Hadi, Guru dan Mahasiswa Pascasarjana Asal Ponorogo, Mengintegrasikan Dunia Akademik dengan Gerakan Sosial Melalui Komunitas Ruang Desa | Rabu 9 April 2025 | Foto: Istimewa 

GARDAJATIM.COM: Di tengah hiruk-pikuk wacana intelektual dan tantangan praksis sosial, Samsul Hadi hadir sebagai sosok yang mengintegrasikan tiga peran sekaligus: akademisi, praktisi, dan aktivis. 

Perannya dalam berbagai seminar, pelatihan, dan kegiatan literasi menunjukkan bahwa ilmu tidak seharusnya terkurung di ruang kelas, melainkan hadir nyata di tengah masyarakat.

Samsul Hadi, seorang peneliti, dan pegiat literasi asal Ponorogo, dikenal aktif mengisi berbagai forum akademik maupun pelatihan komunitas. 

Ia juga tercatat sebagai guru PAI di SDN 1 Krebet Jambon dan mahasiswa pascasarjana di IAIN Ponorogo.

Melalui kegiatan seminar, pelatihan, dan gerakan literasi di komunitas Ruang Desa, Samsul Hadi memperlihatkan bagaimana peran akademisi bisa berkelindan dengan praksis sosial. 

Ia menulis, meneliti, dan menyampaikan gagasan, namun juga mengujinya langsung melalui aksi nyata bersama warga desa.

“Ilmu itu bukan menara gading. Kalau hanya berhenti di jurnal ilmiah, lalu siapa yang akan merasakannya? Saya ingin konsep yang saya pelajari juga menjawab kebutuhan di lapangan,” ungkap Samsul Hadi saat ditemui usai mengisi seminar di IAIN Ponorogo.

Foto: Kegiatan Samsul Hadi Bersama Komunitas
Perjalanan ini ia mulai sejak masa kuliah, namun semakin intens sejak terlibat aktif dalam berbagai forum organisasi dan pelatihan kampus dan gerakan literasi desa sejak 2022 hingga kini.

Aktivitasnya terbagi antara ruang akademik (kampus dan forum seminar), ruang kelas (sekolah dasar), dan ruang sosial (komunitas Ruang Desa di Dusun Medang, Sampung, Ponorogo).

Bagi Samsul Hadi ilmu yang baik adalah ilmu yang berdampak. Ia menolak dikotomi antara “teori” dan “praktik”, dan justru ingin menjembatani keduanya demi menghadirkan perubahan sosial.

“Saya melihat masih banyak yang pintar bicara di forum, tapi enggan menyentuh realitas. Di sisi lain, banyak yang bekerja di akar rumput tapi minim literasi teoritis. Saya ingin jadi penghubung dua dunia itu,” jelasnya, Rabu (9/4/2025).

Dengan pendekatan partisipatif dan reflektif, Samsul Hadi mendesain pelatihan yang kontekstual, menulis artikel ilmiah yang berbasis pengalaman lapangan, serta membangun komunitas literasi yang membuka ruang diskusi antar pemuda pemudi.  

Ia juga aktif mengadvokasi pentingnya peran pemuda desa dalam membaca, menulis, dan berpikir jernih.
Antara ruang kelas dan lapangan, Samsul Hadi terus menjahit benang merah. 

Bahwa akademisi bukan sekadar pengamat, melainkan pelaku. Bahwa praktisi tak cukup tanpa refleksi dan bahwa aktivisme sejati lahir dari ilmu yang menyatu dengan kehidupan.
 

Oleh : Minul Anggraeni 
Editor: Redaksi 


0/Post a Comment/Comments