Forkopimda Ponorogo pantau langsung panen raya di Desa Ngrandu, Kecamatan Kauman. (Foto: Istimewa)
Namun, prestasi tersebut belum mengangkat posisinya dalam Indeks Ketahanan Pangan Nasional, di mana Ponorogo masih bertengger di peringkat ke-14 secara nasional dan kedua di Jawa Timur setelah Gresik.
Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, mengakui bahwa surplus produksi tidak serta-merta menjamin ketahanan pangan yang kuat.
"Kami punya kelebihan stok beras, tapi ketahanan pangan tidak hanya soal produksi. Distribusi, akses, dan stabilitas harga juga menjadi faktor penentu," ujarnya saat ditemui usai panen raya di Desa Ngrandu, Kecamatan Kauman, Senin (7/4/2025).
Faktor Penghambat Peringkat Ketahanan Pangan
Beberapa tantangan yang dihadapi Ponorogo dalam meningkatkan ketahanan pangan antara lain:
1. Rendahnya Serapan Hasil Pertanian – Baru 24% produksi yang terserap pasar dalam empat bulan terakhir.
2. Ketergantungan pada Pupuk Kimia – Meski mulai beralih ke pertanian organik, sebagian besar petani masih bergantung pada subsidi pupuk non-organik.
3. Infrastruktur dan Logistik – Akses distribusi ke daerah lain masih perlu ditingkatkan untuk memaksimalkan penyerapan surplus.
Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko saat wawancara bersama awak media.
Upaya Peningkatan Peringkat
Pemkab Ponorogo terus mendorong sejumlah strategi, termasuk:
- Pertanian Organik – Meningkatkan nilai jual produk sekaligus mengurangi ketergantungan pada pupuk bersubsidi.
- Penguatan Pasar Lokal – Memperluas kerja sama dengan Bulog dan pengusaha untuk menyerap hasil panen petani..
- Perbaikan Infrastruktur – Optimalisasi jalur distribusi pangan antarwilayah.
"Kami tidak ingin hanya unggul dalam produksi, tapi juga dalam sistem ketahanan pangan yang berkelanjutan," tegas Sugiri.
Meski belum menjadi yang terbaik, Ponorogo optimistis dapat terus menaikkan peringkatnya dengan dukungan kebijakan yang tepat dari pemerintah pusat dan daerah.
Sumber: AMO
Editor: Fajar Setiawan
Posting Komentar