(Ilustrasi)
Dalam kelam yang merayap sunyi,
kutitip rindu pada angin pagi.
Engkau cahaya di ujung hari,
yang kudekap dalam ilusi.
Bulan berbisik lirih di langit malam,
mengenang janji yang karam di gelombang.
Kita dua jiwa di persimpangan,
terpisah takdir yang tak berkenan.
Kubangun jembatan dari harapan,
namun nasib meruntuhkannya pelan.
Bagai gerimis jatuh di tanah gersang,
kasihku pun hilang, tak berbekas di malam panjang.
Kini kau menjelma kenangan sendu,
terukir di hati yang pilu membeku.
Meski tak tergapai, tak tergenggam,
namamu abadi dalam diam.**
Posting Komentar