Heru Saputro, S.H., Ketua HMI periode 2023-2024.
GARDAJATIM.COM: Reog Ponorogo adalah warisan budaya khas Jawa yang berasal dari Kabupaten Ponorogo. Eksistensi Reog Ponorogo sempat menjadi sorotan internasional akibat perselisihan klaim budaya dengan Malaysia.
Konflik ini muncul karena adanya kesamaan unsur budaya yang menghubungkan Indonesia, Malaysia, dan bangsa Melayu.
Namun, pemerintah Indonesia segera mengambil langkah tegas untuk menegaskan bahwa Reog merupakan budaya asli Ponorogo.
Indonesia memiliki 1.728 Warisan Budaya Tak Benda (WBTb), yang mencerminkan kekayaan budaya bangsa di tengah arus globalisasi.
Di antara warisan tersebut, Festival Reog Ponorogo menjadi simbol penting dalam melestarikan seni budaya Nusantara.
Festival ini bukan hanya perayaan, tetapi juga ruang interaksi antara pelaku budaya, pemerintah, dan masyarakat dalam menjaga tradisi.
Prestasi besar diraih ketika Reog Ponorogo mendapat pengakuan sebagai Warisan Budaya Dunia dari UNESCO.
Capaian ini merupakan hasil kerja sama berbagai pihak yang memperjuangkan Reog sebagai bagian dari kekayaan budaya Nusantara.
Festival Reog tidak hanya menjadi ekspresi seni, tetapi juga wadah untuk mempertahankan nilai-nilai budaya lokal melalui perayaan rutin.
Manajemen festival yang baik menjadi kunci utama dalam membangun apresiasi dan empati budaya di masyarakat.
Dalam konteks pelestarian budaya, festival memerlukan inovasi berkelanjutan untuk melindungi warisan budaya dari ancaman kepunahan.
Upaya ini mencakup penguatan pakem budaya dalam festival dan optimalisasi peran aktor-aktor budaya.
Aktor budaya terdiri atas komunitas seni yang menjadi motor penggerak, masyarakat sebagai peserta aktif, dan pemerintah sebagai fasilitator dalam menjaga kesinambungan festival.
Sebagai instrumen branding, Festival Reog Ponorogo berpotensi besar dalam memperkuat sektor pariwisata berbasis budaya lokal.
Selain meningkatkan perekonomian, pariwisata budaya membentuk karakter masyarakat yang lebih menghargai budaya lokal.
Festival ini juga menjadi sarana mempertahankan identitas budaya sekaligus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Pemerintah Kabupaten Ponorogo terus berupaya mengenalkan Festival Reog kepada masyarakat luas, mengingat potensi ekonomi yang dapat dirasakan masyarakat dari kegiatan ini.
Pemanfaatan teknologi digital, terutama media sosial, menjadi strategi utama untuk mempromosikan festival secara lebih luas dan efektif.
Media sosial memungkinkan informasi tentang festival tersebar dengan cepat, menjangkau audiens global, dan menarik wisatawan.
Selain promosi melalui media sosial, kolaborasi lintas lembaga juga penting. Komunikasi antar komunitas seni, pemerintah, dan lembaga terkait dapat memperkuat sinergi dalam mendukung keberlanjutan festival.
Upaya bersama ini akan memastikan bahwa Festival Reog Ponorogo terus berkembang dan memberikan manfaat jangka panjang, baik secara ekonomi maupun budaya.
Penulis: Heru Saputro, S.H.
Edito: M. Ng. Fajar Setiawan Wartoprasetyo
Posting Komentar