Sadranan Makam Eyang Suto Legowo, Menutup Tradisi di Bulan Ruwah

Prajurit Saralathi mengikuti prosesi kirab dalam tradisi Sadranan, mengenang sosok Eyang Suto Legowo sebagai pendiri desa. (Foto: Ist)

GARDAJATIM.COM: Tradisi Sadranan yang rutin dilaksanakan setiap bulan Ruwah kembali digelar di Makam Eyang Suto Legowo, Desa Bogem, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Kamis (27/2/2025).

Acara ini menjadi penutup rangkaian tradisi di bulan Ruwah yang dilakukan oleh masyarakat Jawa untuk menghormati leluhur.  

Sadranan kali ini diselenggarakan oleh Abdi Dalem Kraton Surakarta yang tergabung dalam Perkumpulan Kusumo Hondrowino Nusantara (PKHN) cabang Klaten, bekerja sama dengan Pemerintah Desa Bogem. 

Kegiatan ini diwarnai dengan kirab budaya yang diikuti oleh Abdi Dalem Kraton Surakarta, Prajurit Saralathi, barisan warga, serta arak-arakan sembilan gunungan berisi makanan dan hasil bumi. Selain itu, atraksi Reog Ponorogo turut memeriahkan prosesi ini.  

Dilansir dari indonesiabuzz.com, Ketua PKHN Klaten, KRAT G. Budyanto Nugroho Kartoyosonagoro S.Sos., M.Si., menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pelestarian budaya yang menjadi tanggung jawab PKHN.  

“Tradisi Sadranan ini adalah warisan leluhur yang harus kita jaga. Selain untuk mengenang jasa para pendahulu, ini juga menjadi cara kami menghidupkan kembali budaya yang mulai terlupakan,” ujar Budyanto.  

Sementara itu, tokoh masyarakat Desa Bogem sekaligus Abdi Dalem Kraton Surakarta, Mas Ngabehi Wahyudi Pujadipuro, menjelaskan bahwa Eyang Suto Legowo adalah sosok penting dalam sejarah desa.

Ia merupakan prajurit Kerajaan Mataram Kuno pada era Prabu Sanjaya yang dianugerahi tanah perdikan setelah menyelesaikan tugas khusus dari sang raja. Tanah inilah yang kemudian berkembang menjadi Desa Bogem.  

“Eyang Suto Legowo adalah bagian dari sejarah desa ini. Melalui tradisi Sadranan, kita tidak hanya mengenang beliau, tetapi juga mengajarkan generasi muda tentang akar budaya mereka,” jelas Wahyudi.  

Pemerintah Desa Bogem mengapresiasi terselenggaranya acara ini dan berharap tradisi Sadranan tetap lestari di masa depan. 

Antusiasme masyarakat yang tinggi dalam mengikuti kegiatan ini menjadi bukti bahwa warisan budaya Jawa masih hidup dan terus dijaga. (Red)

0/Post a Comment/Comments