DBD Renggut Nyawa Anak SD di Pacitan, Begini Kronologinya!

Rumah duka anak SD yang diduga meninggal akibat terkena penyakit demam berdarah di Dusun Mendole, Desa Sirnoboyo. Kamis (6/2/2025).

GARDAJATIM.COM: Lagi-lagi penyakit Demam Berdarah (DB) menjadi momok yang menakutkan di kabupaten Pacitan. Kali ini, penyakit DB kembali memakan korban jiwa dan membawa duka mendalam bagi keluarga.


Anak yang bernama IZ (10), warga 03/03 Dusun Mendole, Desa Sirnoboyo, Pacitan, yang masih duduk di kelas 4 sekolah dasar (SD) itu menjadi korban keganasan gigitan nyamuk tersebut.


Menurut keterangan dari Khoirul Imron, Kepala Dusun Mendole mengatakan bahwa, anak tersebut sudah mengalami demam sejak hari Senin (3/2/2025) dan pihak keluarga sempat membawa berobat ke bidan desa.


"Senin di bawa berobat ke bidan Desa Kembang, kemudian panas sempat turun. Tetapi Selasa malam (4/2/2025) anak tersebut muntah-muntah," jelas Imron.


Setelah terjadi gejala muntah, pihak keluarga kemudian membawa ke Rumah Sakit Medikal Mandiri. Namun karena peralatan medis kurang memadai, pihak Medikal menyarankan untuk dibawa ke RSUD.


"Karena keadaan pasien sudah terlalu parah dan alat di Medikal tidak memadai, saat itu juga langsung dirujuk ke RSUD Pacitan. Sempat mendapat perawatan di rumah sakit, namun hari Kamis (6/2/2025) pagi, nyawa si anak tidak tertolong," beber Imron.


Saat media konfirmasi hal ini ke RSUD dr. Darsono Pacitan, pihak rumah sakit hanya memberikan keterangan bahwa memang ada gejala DB, tetapi juga ada penyakit yang menyertainya.


"Memang ada gejala, tapi juga ada penyakit penyerta. Untuk lebih lanjut bisa di tanyakan melalui Dinkes Pacitan, karena data-data dan hasil laboratorium sudah kami serahkan ke Dinkes," kata dr. Johan Tri Putranto, Kepala Bagian Tata Usaha RSUD dr. Darsono Pacitan, Kamis (6/2/2025).


Sementara itu, menurut Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Pacitan, drg. Nur Farida mengatakan bahwa desa Sirnoboyo memang menjadi salah satu wilayah basis kasus DB.


Ia menjelaskan, bahwa memang ada gejala demam pada anak tersebut, tetapi berdasarkan rujukan dari RS Medikal Mandiri ada keluhan penyakit yang lain.


"Di wilayah anak ini, hari Jum'at itu sebenarnya sudah dilakukan fogging siklus kedua. Dan memang ditemukan jentik-jentik nyamuk. Cuma dari hasil pemeriksaan sebelum anak tersebut dirujuk ke RSUD, di Medikal Mandiri itu gejala utamanya nyeri perut dan sesak nafas, serta kondisi sedikit membiru," jelas drg. Farida saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon.


Menurutnya, pihak RS Medikal Mandiri memberikan status rujukan bahwasanya kemungkinan juga ada dugaan penyakit kelainan jantung.


"Kemudian dibawa ke RSUD, karena Medikal Mandiri tidak mampu. Di RSUD di lengkapi lagi dengan pemeriksaan laboratorium, memang terlihat trombosit menurun,"imbuhnya.


Masih menurut drg. Farida, penurunan trombosit memang salah satu gejala DB, tetapi penurunan trombosit belum pasti penyakit DB. 


"Berdasarkan hasil laboratorium, disitu terbaca leukosit pasien tersebut tinggi. Harusnya kalau itu DB, trombosit turun leukosit juga turun, berarti ada penyakit lain," bebernya.


Lebih lanjut, drg. Farida mengatakan bahwa Dinkes Pacitan sudah melakukan koordinasi lintas sektor dengan pihak kecamatan. Ia berharap semua pihak bisa ikut andil untuk melakukan pencegahan dan meminimalisir korban akibat penyakit demam berdarah.


"Jadi kemarin kami menggerakkan lintas sektor melalui bu Camat, kalau mungkin yang langsung ke desa melalui teman-teman bidan desa. Cuma mungkin ada beberapa titik yang lolos dari pengontrolan," pungkasnya.


Pihaknya mengaku bahwa memang ada kenaikan kasus DB dari tahun 2023 ke tahun 2024, tetapi hal itu tidak hanya terjadi di kabupaten Pacitan saja.


Kejadian ini menjadi pengingat bagi semua masyarakat untuk selalu memperhatikan kebersihan dan lingkungan sekitar agar tidak tumbuh jentik-jentik nyamuk yang bisa memicu kenaikan kasus demam berdarah, terutama bagi Dinkes Pacitan sebagai leading sektor hal tersebut. (Acr)

0/Post a Comment/Comments