Ketertinggalan Pendidikan Tinggi Indonesia di Level ASEAN: Tantangan dan Peluang

Pandangan Mahasiswa Tentang Pendidikan Tinggi di Indonesia: Tantangan dan Solusi dari Perspektif Generasi Muda, Selasa (07/01/2025) Foto: Ilustrasi

GARDAJATIM.COM: Pendidikan tinggi merupakan salah satu pilar utama dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan daya saing suatu negara. Namun, pendidikan tinggi Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Ketertinggalan ini menjadi masalah serius karena berimplikasi pada daya saing SDM Indonesia di tingkat regional dan global. Dalam Global Competitiveness Index 2023, Indonesia berada di peringkat 34 dunia, jauh di bawah Singapura (peringkat 1) dan Malaysia (peringkat 25). 

Salah satu penyebab utama adalah minimnya kontribusi perguruan tinggi Indonesia dalam menghasilkan riset berkualitas dan inovasi teknologi. Data menunjukkan bahwa output penelitian Indonesia hanya menyumbang 0,27% dari total publikasi ilmiah dunia pada 2022, jauh lebih rendah dibandingkan Malaysia yang mencapai 1,47%. 

Selain itu, anggaran pendidikan tinggi di Indonesia masih terbatas, dengan hanya 4,7% dari total belanja pendidikan nasional yang dialokasikan untuk sektor ini. Keterbatasan ini berdampak pada pengembangan infrastruktur, laboratorium, dan fasilitas pendukung lainnya, yang semakin memperlebar jurang kualitas antara perguruan tinggi di Pulau Jawa dan luar Jawa. 

Menurut Syifa seorang Mahasiswi Universitas Nahdlatul Ulama’ Sunan Giri Bojonegoro, salah satu tantangan utama pendidikan tinggi di Indonesia adalah ketimpangan infrastruktur. Perguruan tinggi di luar Jawa sering kali menghadapi keterbatasan fasilitas dasar, tenaga pengajar berkualitas, dan akses terhadap dana penelitian. 

Selain itu, minimnya output penelitian juga menjadi masalah besar, sebagaimana tercermin dari rendahnya jumlah publikasi ilmiah Indonesia dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. 

Syifa juga menyoroti perlunya peningkatan alokasi anggaran, karena saat ini rendahnya gaji dosen, kurangnya fasilitas laboratorium, dan keterbatasan beasiswa menghambat perkembangan pendidikan tinggi di Indonesia.

Namun, Syifa melihat adanya peluang besar untuk mengejar ketertinggalan ini. Salah satu solusi yang diusulkan adalah memperluas kolaborasi internasional melalui program pertukaran dosen, mahasiswa, dan penelitian bersama dengan universitas-universitas terkemuka di dunia. 

Pemerintah juga perlu meningkatkan anggaran untuk pendidikan tinggi, terutama dalam mendukung riset dan pengembangan. Selain itu, kebijakan seperti Merdeka Belajar harus dioptimalkan untuk mendorong inovasi di perguruan tinggi, termasuk melalui insentif bagi kolaborasi antara universitas dan industri. 

Pemanfaatan teknologi digital juga dianggap penting untuk menjangkau wilayah terpencil dan meningkatkan efisiensi pembelajaran serta penelitian. Dengan langkah-langkah strategis tersebut, Syifa yakin Indonesia dapat menciptakan pendidikan tinggi yang kompetitif secara global dan mendukung pembangunan SDM yang unggul.

Penulis : Noviana Syifa’ul Jannah  
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris - Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri  
Dibimbing oleh : Mohammad Fatoni  
Dosen Pendidikan Bahasa Inggris - Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri

0/Post a Comment/Comments