GARDAJATIM.COM: Di kawasan pintu pendakian Cemoro Kandang, terdapat banyak warung yang menawarkan berbagai minuman hangat seperti kopi dan minuman berbahan jahe untuk menghangatkan tubuh.
Namun, ada satu warung yang menjadi ikon, yaitu Warung Jalur Evakuasi Lapar.
Berlokasi di Gondosuli Kidul, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, warung ini didirikan pada tahun 1982 oleh Satimo, yang akrab dikenal sebagai Mbah Mo.
Selain mendirikan warung pertama di kawasan ini, Mbah Mo juga merupakan juru kunci pintu pendakian Cemoro Kandang.
Menu makanan dan minuman semakin beragam, termasuk bakso, sate, dan aneka minuman hangat. Selain itu, bangunan warung telah direnovasi untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung.
Nor Eko Maryanto, seorang pelanggan asal Madiun, Jawa Timur, mengaku selalu menyempatkan mampir di warung ini setiap kali melakukan perjalanan Madiun-Solo.
“Setiap saya berangkat ke Solo atau pulang ke Madiun, warung ini selalu jadi pilihan pertama untuk ngopi, makan bakso, atau sate,” ungkapnya, Selasa (07/01/2025).
Bekerja di Solo sejak 2019, Eko merasa ngopi di Warung Jalur Evakuasi Lapar menjadi salah satu hal yang membuatnya tetap semangat menjalani perjalanan jarak jauh.
“Meski kerja di Solo jauh dari keluarga, setiap kali bisa mampir ngopi di sini, rasanya seperti menemukan obat pelepas lelah,” tambahnya.
Sebagai penerus Warung Mbah Mo, Edi Purwanto juga aktif mengelola jalur pendakian Bukit Mongkrang, sebuah bukit besar yang terletak sekitar 2 kilometer dari pintu pendakian Cemoro Kandang.
Keindahan Bukit Mongkrang dan kehangatan Warung Jalur Evakuasi Lapar menjadikan kawasan ini semakin menarik untuk dikunjungi.
Warung Jalur Evakuasi Lapar tidak hanya menjadi tempat makan, tetapi juga bagian dari sejarah dan budaya lokal di kaki Gunung Lawu.
Dengan warisan Mbah Mo yang terus dilestarikan oleh Edi Purwanto, warung ini menjadi ikon bagi para pelancong dan pendaki yang mencari kehangatan di tengah dinginnya udara pegunungan. (Tim/Red)
Posting Komentar