Inflasi Global: Tantangan Baru UKM Indonesia dan Strategi Bertahan di Tengah Krisis Ekonomi, Minggu (05/01/2025) Foto:Legalo.id
GARDAJATIM.COM: Inflasi global, meski tampak sebagai isu makroekonomi, memiliki dampak signifikan terhadap sektor usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia.
Sebagai tulang punggung ekonomi nasional, UKM mempekerjakan lebih dari 60% tenaga kerja Indonesia.
Namun, ketahanan sektor ini kini diuji oleh tekanan ekonomi global yang terus meningkat.
Apa Itu Inflasi Global?
Inflasi global didefinisikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara luas yang terjadi di berbagai negara akibat faktor-faktor seperti:
Gangguan Rantai Pasok Global:
Ketegangan geopolitik atau pandemi menyebabkan keterlambatan distribusi bahan baku.
Kenaikan Harga Energi:
Harga minyak mentah global meningkat 40% sejak awal 2022 akibat perang Rusia-Ukraina (Sumber: International Energy Agency, 2024).
Ketidakpastian Ekonomi Global:
Perang, sanksi ekonomi, atau kebijakan moneter ketat di negara besar seperti AS dan Eropa turut memengaruhi pasar global.
Menurut laporan Bank Dunia (2024), lonjakan inflasi global sejak 2022 telah mendorong kenaikan harga bahan baku hingga 30% dan biaya logistik hingga 20% di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Mengapa Inflasi Global Mempengaruhi UKM di Indonesia?
UKM di Indonesia sangat rentan terhadap dampak inflasi global karena keterbatasan akses modal, ketergantungan pada bahan baku impor, dan daya beli masyarakat yang fluktuatif.
1. Lonjakan Biaya Produksi
Banyak UKM bergantung pada bahan baku impor, seperti:
Gandum dan Produk Olahan: Digunakan dalam industri makanan dan minuman. Harga gandum global naik 29% pada 2023 akibat pembatasan ekspor oleh India (Sumber: FAO, 2024).
Minyak Mentah dan Kimia: Penting bagi sektor manufaktur.
Akibat kenaikan ini, banyak UKM harus menaikkan harga jual produk hingga 15% untuk menutupi biaya produksi (Sumber: BPS, 2024).
2. Penurunan Daya Beli Konsumen
Inflasi global menyebabkan kenaikan harga barang kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, dan listrik.
Data dari Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa harga beras di Indonesia meningkat 18% sepanjang 2024, mengurangi alokasi pengeluaran konsumen untuk produk non-esensial.
3. Gangguan Rantai Pasok
Keterlambatan pengiriman bahan baku dari luar negeri atau kenaikan biaya transportasi membuat UKM harus mencari alternatif pemasok lokal dengan harga yang lebih tinggi.
Biaya logistik meningkat hingga 25% selama 2023 di Indonesia akibat kenaikan harga BBM (Sumber: Kementerian Perhubungan, 2024).
4. Keterbatasan Akses Modal
Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan hingga 5,75% pada akhir 2024 untuk meredam inflasi.
Dampaknya, UKM mengalami kenaikan biaya kredit, yang membebani arus kas mereka (Sumber: Bank Indonesia, 2024).
Dampak Langsung Inflasi Global pada UKM
1. Penurunan Margin Keuntungan:
Survei Asosiasi UKM Indonesia (2024) menunjukkan bahwa 65% UKM mengalami penurunan margin hingga 20%.
2. Peningkatan Risiko Kebangkrutan:
12% UKM melaporkan potensi penutupan usaha jika inflasi terus berlanjut tanpa intervensi pemerintah. (Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM, 2024).
3. Penurunan Kompetitif:
Produk UKM Indonesia menjadi kurang kompetitif dibandingkan produk dari negara yang mampu menjaga stabilitas harga.
Strategi Adaptasi bagi UKM di Tengah Inflasi Global
1. Diversifikasi Sumber Bahan Baku
Beralih ke bahan baku lokal untuk mengurangi ketergantungan pada impor.
Menjalin kerja sama dengan pemasok lokal untuk mendapatkan harga yang lebih stabil.
2. Optimalisasi Digitalisasi
Menggunakan platform e-commerce untuk menjangkau pasar yang lebih luas dengan biaya pemasaran minimal.
Mengimplementasikan sistem manajemen inventaris untuk mengurangi limbah produksi dan efisiensi biaya.
3. Efisiensi Operasional
Memanfaatkan perangkat lunak akuntansi seperti Jurnal untuk pengelolaan keuangan.
Mengurangi pengeluaran non-esensial untuk menjaga arus kas tetap sehat.
4. Kolaborasi dan Koperasi
Bergabung dalam koperasi untuk membeli bahan baku dalam jumlah besar dengan harga lebih murah.
Mengakses program pemerintah seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga rendah.
Peran Pemerintah dalam Mendukung UKM
Pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa langkah strategis untuk mendukung UKM:
Subsidi Energi:
Pengurangan biaya listrik hingga 10% bagi UKM di sektor manufaktur kecil (Sumber: Kementerian ESDM, 2024).
Program Digitalisasi UKM:
Pelatihan bagi 1 juta pelaku UKM untuk mengadopsi teknologi digital pada 2025. (Sumber: Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2024).
Kemudahan Akses Pembiayaan:
Penyaluran KUR mencapai Rp190 triliun pada 2024 dengan suku bunga 3%. (Sumber: Kementerian Keuangan, 2024).
Inflasi global adalah tantangan besar yang membutuhkan respons adaptif dari UKM di Indonesia.
Dengan mengadopsi strategi diversifikasi, efisiensi, dan digitalisasi, UKM dapat tetap bertahan di tengah gejolak ekonomi global.
Dukungan dari pemerintah dan komunitas bisnis juga sangat penting untuk memastikan sektor UKM tetap menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
Apakah UKM Anda sudah siap menghadapi inflasi global? Temukan solusi dan panduan praktis lebih lanjut dengan mengakses program pendukung UKM dari pemerintah! (Tim/Red)
Posting Komentar