Jelajahi Kuliner Tempo Dulu Dengan Mencicipi Jenang Dodol Khas Kebonagung

Sukatmi, salah satu pedagang yang ada di pasar Kebonagung terlihat sibuk menjual barang daganganya kepada para pembeli. Jum'at, 20 Desember 2024. (Foto: Eko Purnomo)

GARDAJATIM.COM: Pagi ini Jum'at, (20/12/2024) pasar Kebonagung tampak ramai dipadati oleh para pedagang dan pembeli yang sedang berbelanja.

Pasar yang terletak di Dusun Krajan, Desa Kebonagung, Kecamatan Kebonagung tersebut menjadi salah satu pasar yang legendaris sejak dulu bagi masyarakat Kebonagung dan sekitarnya.

Pasalnya, selain menjadi pusat perbelanjaan warga sekitar, pasar yang beroperasi setiap pasaran Wage dan Legi tersebut juga menawarkan aneka jajanan kuliner yang khas.

Suasana pasar hewan yang ada di area pasar Kebonagung 

Di area pasar tersebut, terlihat seorang perempuan tua yang berjejer di antara pedagang lain. Ia terlihat sibuk menawarkan dagangan di meja kecil yang ada didepannya.

Dengan senyum di wajah keriputnya, perempuan yang bernama Sukatmi tersebut menawarkan berbagai dagangan buatanya, berupa tahu rebus dan kopi yang ia tubruk sendiri.

Namun ada satu kuliner yang menarik dari buatan Sukatmi, yaitu jenang dodol khas ciptaanya. Sukatmi menyebutkan, usahanya tersebut sudah ia mulai sejak puluhan tahun yang lalu.

Jenang dodol Kebonagung yang memiliki cita rasa yang khas

"Sudah lama buat jenang dodol ini, kalau 25 tahun saja sudah lebih," kata Sukatmi saat dijumpai di lapaknya, Jum'at (20/12/2024).

Meski sudah memasuki usia senja, dirinya masih terlihat semangat membuat jajananya itu untuk ia jual di pasar Kebonagung. 

Sukatmi mengaku sudah diminta untuk beristirahat saja dirumah oleh anak-anaknya. Namun karena jiwa pedagangnya sudah mengakar kuat dan mendarah daging, ia masih terus bekerja menjajakan dagangannya di pasar.

Meskipun jenang dodol ini banyak dijumpai di tempat lain, tetapi jenang dodol khas Kebonagung ini memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh daerah-daerah lain.

Selain memiliki rasa yang khas, jenang dodol buatan Sukatmi ini tergolong murah. Ia hanya membandrol 3.000 rupiah satu produknya.

Sukatmi mengaku tidak tahu pasti apa yang membedakan jenang dodol buatanya dengan buatan orang lain. 

Ia hanya menjelaskan, jenang dodol buatanya tersebut terbuat dari tepung beras, tepung ketan, santan kelapa, gula dan bumbu yang lain. Adonan tersebut lalu di masak hingga mengental, kemudian setelah dingin di packing menggunakan plastik dan dibungkus lagi dengan kertas.

"Mungkin perbedaanya yang lain menggunakan tepung kanji. Kalau saya kan tidak," bebernya.

Ia juga menambahkan, produk buatannya tersebut tidak menggunakan bahan pengawet, sehingga jenang buatanya tidak bisa bertahan lama.

"Saya tidak pakai pengawet, jadi harus segera dikonsumsi. Biasanya kalau terlalu lama, jadi keras dan tengik (berbau)," pungkasnya.

0/Post a Comment/Comments