KH. Moensif Nahrowi pada saat menghadiri Puncak Harlah PMII ke-63 di PMII Komisariat IAIN Ponorogo
Beliau berpulang pada Kamis (14/9/2024) di RSSA Malang, pada usia 87 tahun. Kepergian beliau menyisakan kesedihan mendalam di kalangan keluarga besar NU dan PMII.
Beliau dimakamkan hari ini, Jumat (15/9/2024) di pemakaman keluarga, Singosari, Malang, Jawa Timur.
Berita duka ini telah menyebar melalui grup-grup aplikasi perpesanan dan akun media sosial milik warga NU, termasuk di akun Instagram Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII).
"Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Kami mengucapkan belasungkawa yang mendalam atas kepergian K.H. Munsif Nahrowi, salah satu pendiri PMII. Semoga amal ibadah, perjuangan, dan warisan beliau menjadi amal jariyah yang diterima oleh Allah SWT, dan segala kesalahan beliau diampuni-Nya. Selamat jalan, Kyai. Semoga mendapat tempat yang terbaik di sisi-Nya. Al-Fatihah," demikian tulisan dalam sebuah unggahan foto di akun resmi PB PMII.
K.H. Munsif Nachrowi tidak hanya dikenal sebagai salah satu pendiri PMII pada 1960, tetapi juga berperan penting dalam sejarah organisasi kepemudaan NU.
Beliau pernah menjabat sebagai sekretaris umum Pimpinan Pusat IPNU di bawah kepemimpinan K.H. Tolchah Mansoer, dan juga sebagai pendiri serta Ketua Pimpinan Cabang IPNU Malang pada masa awal berdirinya organisasi tersebut.
Semangat perjuangan untuk NU mengalir kuat dalam darah K.H. Munsif Nachrowi. Ayah beliau, K.H. Nachrowi Tohir, adalah ulama kharismatik asal Bungkuk Singosari, Malang, yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum PBNU keempat.
Selain itu ayah beliau juga salah satu A'wan pertama PBNU sejak 1926. Ini mencerminkan dedikasi keluarga ini dalam mendukung perkembangan NU sejak awal.
Selama hidupnya, K.H. Munsif Nachrowi dikenal sebagai sosok yang gemar bersilaturahmi, terutama dengan generasi muda NU.
Meskipun usia beliau sudah lanjut, semangatnya untuk hadir dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh PMII, IPNU, dan organisasi NU lainnya tidak pernah padam.
Melansir erakini.id, K.H. Munsif tidak pernah membayangkan bahwa organisasi yang ia dirikan bersama 13 rekan pergerakan Islam lainnya akan berkembang menjadi organisasi yang melahirkan tokoh-tokoh besar.
"Saat saya diundang ke Kalimantan, tepatnya di perbatasan Tenggarong Malaysia, yang mengundang dan menyambut saya ternyata Bupati yang merupakan kader PMII. Bahkan Ketua DPRD-nya pun anak PMII," ujar Kiai Munsif pada Selasa (8/9/2024).
Gagasan K.H. Munsif Nahrawi terus mengilhami perjalanan PMII. Beliau menyatakan bahwa situasi politik yang bergolak pada tahun 1960 menjadi salah satu faktor penting yang mendorong lahirnya PMII.
"Sebagai organisasi yang menaungi mahasiswa Nahdlatul Ulama (NU), PMII bertujuan untuk menyediakan wadah bagi mahasiswa NU agar dapat berperan aktif dan NU tidak terabaikan" ujarnya beberapa waktu lalu.
K.H. Munsif menjelaskan, perkembangan organisasi mahasiswa dan kondisi politik saat itu turut memengaruhi keputusan para pendiri dalam menentukan nama PMII.
Pertemuan yang diadakan di Surabaya tersebut menghasilkan nama yang dinamis dan penuh semangat pergerakan, yaitu Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.
Hal ini membawa pada dinamika perkembangan PMII hingga saat ini, yang secara kuantitatif dapat dikatakan sebagai salah satu organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia, dengan sekitar 260 cabang yang tersebar di seluruh negeri.
Oleh karena itu, K.H. Munsif berpesan agar keberadaan PMII disyukuri dan terus dihayati, mengingat organisasi ini telah melahirkan banyak kader yang berperan penting dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan beragama.
Wafatnya K.H. Munsif Nachrowi meninggalkan tantangan bagi generasi muda NU dan PMII untuk meneruskan perjuangan beliau.
Semangat silaturahmi, dedikasi terhadap organisasi, dan komitmen untuk mempertahankan nilai-nilai Islam moderat yang beliau wariskan harus terus dipelihara dan dikembangkan.
Pewarta : Aisy
Editor: Redaksi
Posting Komentar