GARDAJATIM.COM: Meskipun telah memasuki masa tenang, perdebatan tentang siapa calon Bupati Pacitan dan juga program-programnya masih ramai diperbincangkan oleh sejumlah masyarakat.
Salah satu yang menjadi bahan perbincangan adalah soal program hibah 100 juta perdesa dan santunan kematian sebesar 2 juta rupiah.
Program tersebut memang mendapatkan respon positif luar biasa dari masyarakat, terutama masyarakat yang ada di pedesaan.
Akan tetapi banyak masyarakat yang meragukan hal itu, dan tidak sedikit juga yang menilai program tersebut tidak realistis untuk dilaksanakan, karena besarnya anggaran yang diperlukan.
"Bayangkan saja mas, untuk hibah 100 juta perdesa kalau dikalikan jumlah desa di kabupaten Pacitan, ada sekitar 170an desa, artinya perlu 17 milliar lebih. Sedangkan untuk santunan kematian 2 juta, berdasarkan informasi, rata-rata angka kematian di Pacitan pertahun ada sekitar 6.000 orang, artinya butuh 12 milliar alokasi anggaran yang dibutuhkan," ucap Sudarmanto, salah satu warga yang turut menyoroti program tersebut, Selasa (26/11/2024).
Jumlah ini memang cukup besar alokasi yang dibutuhkan untuk merealisasikan program tersebut, belum ditambah dengan tambahan insentif untuk RT/RW sebesar Rp.500.000 perbulan.
Bahkan, hal ini juga sempat menjadi pertanyaan dalam debat publik kedua Pilkada Pacitan, yang diselenggarakan oleh KPU Pacitan di gedung Gasibu Swadaya Pacitan beberapa saat yang lalu.
Dalam debat tersebut, salah satu Paslon pun mempertanyakan darimana sumber anggaran yang bisa digunakan untuk melaksanakan program tersebut, mengingat APBD Pacitan sangat terbatas.
Mendengar hal itu, mantan Bupati Pacitan, Indartato pun turut angkat bicara.
Dalam keterangannya, mantan Bupati Pacitan, Indartato mengatakan, bahwa berdasarkan pengalamannya menjadi Bupati, hal tersebut sebenarnya dapat dimungkinkan untuk dilaksanakan.
"Bisa saja, dan dimungkinkan program tersebut bisa dilaksanakan. Lha nanti tergantung DPRD bagaimana," kata Indartato saat dimintai keterangan di kediamanya, Selasa (26/11/2024).
Yang lebih penting dari semua itu adalah, semua calon yang nanti terpilih menjadi Bupati Pacitan, beliau berharap agar menjadi pemimpin yang bisa mengasuh masyarakatnya.
"Kembali ke filosofi pemimpin, yaitu pamong projo, artinya ngemong/mengasuh rakyat. Ibarat bayi digendong itu tidak rewel, Itu kalo menurut saya. Karena pemerintah itu sejatinya tidak memerintah, tapi pemerintah berjalan bersama-sama dengan masyarakat. Yang mengasuh harus dekat dengan yang di asuh, begitupun sebaliknya," paparnya.
Beliau juga berpesan, bahwa ada 5 hal yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin.
"Pertama, berfikir sistem artinya semua di fungsikan. Kedua mengakui perbedaan, bahwa tidak ada hal yang sama di dunia ini. Setelah itu baru ada visi bersama. Jadi dengan adanya perbedaan itu bisa berjalan bersama ke sebuah tujuan," jelasnya.
"Yang keempat profesional dalam menjalankan tugasnya, dan yang kelima rasa empati, artinya kalau di cubit sakit ya jangan mencubit," tegasnya kembali.
Beliau berharap, Pilkada Pacitan kali ini bisa berjalan dengan baik, dengan kondusif dan benar-benar memunculkan pemimpin-pemimpin yang bisa mengakomodir kepentingan masyarakat. (Eko)
Posting Komentar