Foto ilustrasi
GARDAJATIM.COM: Peringatan Hari Ayah dan Hari Ibu bukan sekadar momen untuk memberikan hadiah atau mengungkapkan kasih sayang, melainkan cerminan perjalanan panjang menuju kesetaraan peran kedua orang tua.
Di balik tradisi yang kini akrab dirayakan, tersimpan kisah tentang perubahan nilai-nilai keluarga yang terus berkembang, menantang stereotip lama dan mendorong pentingnya pembagian tanggung jawab yang adil dalam mengasuh anak dan menjalani kehidupan berumah tangga.
A. Sejarah Peringatan Hari Ayah dan Hari Ibu
Indonesia merayakan Hari Ibu setiap tanggal 22 Desember, sebuah peringatan yang berakar dari Kongres Perempuan Indonesia pertama di Yogyakarta pada tahun 1928.
Kongres ini menjadi momen penting dalam perjuangan perempuan untuk kesetaraan hak dan peran dalam masyarakat.
Kemudian Presiden Soekarno menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu, melalui Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959 untuk menghormati kontribusi perempuan dalam membangun bangsa dan keluarga.
Sementara itu, Hari Ayah Nasional mulai diperingati sejak 12 November 2006, atas inisiatif Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP) di Surakarta, Jawa Tengah.
Peringatan ini lahir dari sayembara menulis surat untuk ayah, yang menunjukkan pentingnya penghormatan terhadap peran ayah dalam keluarga.
Deklarasi Hari Ayah Nasional diadakan serentak di Surakarta, Jawa Tengah dan Maumere, Nusa Tenggara Timur, sebagai wujud apresiasi bagi para ayah yang turut berkontribusi dalam membangun keluarga yang kokoh dan harmonis.
B. Dinamika dan Makna Perayaan di Era Modern
Perayaan Hari Ayah dan Hari Ibu di era sekarang sudah banyak berubah, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keadilan gender.
Dulu, Hari Ibu sering hanya dikaitkan dengan peran ibu dalam mengurus rumah tangga dan anak.
Namun, di masa kini, perayaan ini punya makna yang lebih luas, yaitu sebagai pengingat bahwa tanggung jawab di rumah dan pengasuhan anak sebaiknya dibagi secara adil antara ayah dan ibu.
Hal yang sama juga terjadi dengan Hari Ayah. Jika dulu ayah hanya dipandang sebagai pencari nafkah utama, kini semakin banyak ayah yang terlibat aktif dalam mengasuh dan membesarkan anak-anak mereka.
Tentunya ini mencerminkan perubahan pandangan bahwa peran ayah dalam keluarga tidak kalah penting dari peran ibu. Ayah dan ibu sama-sama berperan dalam membangun keluarga yang seimbang dan penuh kasih sayang.
Di era modern saat ini, perubahan ini juga didukung oleh kampanye yang mengingatkan kita bahwa, pengasuhan anak adalah tugas bersama kedua orang tua.
Banyak komunitas menggunakan momen perayaan ini untuk mendorong pembagian peran yang lebih adil di rumah, dan agar masyarakat lebih menghargai peran kedua orang tua secara seimbang.
Hasilnya, Hari Ayah dan Hari Ibu kini menjadi waktu refleksi yang berarti, bukan sekadar momentum seremonial saja.
C. Sebuah Kesadaran Baru, Membagi Peran Pengasuhan secara Adil
Peringatan Hari Ayah dan Hari Ibu di era sekarang tidak hanya menjadi momen untuk memberi penghargaan, tetapi juga sebagai kesempatan untuk membuka diskusi tentang pentingnya kesetaraan dalam pengasuhan anak dan pembagian pekerjaan rumah tangga.
Seiring dengan berkembangnya kesadaran akan keadilan gender, masyarakat mulai memahami bahwa peran orang tua dalam keluarga bukanlah tugas yang harus dibebankan hanya kepada ibu atau hanya kepada ayah.
Tetapi kini semakin banyak keluarga yang mulai membagi peran tersebut secara lebih adil. Ayah tidak hanya bekerja di luar rumah, tetapi juga ikut serta dalam mendidik dan merawat anak, mulai dari membantu pekerjaan rumah hingga menemani anak belajar.
Perayaan Hari Ayah dan Hari Ibu mendorong masyarakat untuk lebih menghargai peran kedua orang tua secara setara.
Peringatan ini menjadi pengingat bahwa pengasuhan anak adalah tanggung jawab bersama, dan kedua orang tua memiliki peran penting dalam mendidik serta membentuk karakter anak.
Diskusi tentang pembagian pekerjaan rumah tangga yang adil juga semakin mendapat perhatian, dengan semakin banyak ayah yang mengambil bagian dalam tugas-tugas rumah tangga sehari-hari.
Dengan adanya kesadaran baru ini, Hari Ayah dan Hari Ibu tidak hanya sekadar hari untuk merayakan kasih sayang, tetapi juga untuk mengingatkan kita tentang pentingnya berbagi tanggung jawab dalam keluarga demi terciptanya kesetaraan dan keharmonisan rumah tangga.
Hal ini juga berkesinambungan dengan syair Arab yakni "al-ummu madrasatul ula wal abu mudiruha" yang dalam bahasa Indonesia berarti "Ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya, dan ayah adalah pengelolanya" sangat relevan dengan pemahaman tentang pembagian peran yang adil dalam pengasuhan anak di keluarga.
Dalam ajaran Islam, ibu diibaratkan sebagai lembaga pendidikan pertama yang menanamkan dasar-dasar kehidupan, baik itu nilai moral, agama, maupun sosial kepada anak-anaknya.
Ibu dengan kasih sayangnya adalah sosok yang membimbing anak-anak sejak masa kecil mereka dengan cara yang paling mendalam dan penuh perhatian.
Namun, ayah juga memegang peran yang tidak kalah penting. Dalam konsep ini, ayah digambarkan sebagai pengelola atau kepala dari "madrasah" yang dibangun oleh ibu.
Sebagai kepala rumah tangga, ayah tidak hanya bertanggung jawab dalam menyediakan nafkah, tetapi juga memiliki peran untuk memberikan arahan, bimbingan, dan pengawasan yang diperlukan dalam pendidikan anak-anak, baik dalam hal agama, moralitas, maupun pengembangan intelektual mereka.
Korelasi antara ajaran ini dengan pembagian peran pengasuhan yang adil di keluarga modern sangat jelas.
Meskipun ibu dianggap sebagai pendidik pertama yang memberikan fondasi dasar, peran ayah sebagai pengarah dan pembimbing sangat penting untuk memastikan bahwa pendidikan anak berjalan dengan seimbang.
Dalam konteks kesetaraan gender, konsep ini mengajarkan bahwa keduanya ibu dan ayah memiliki tanggung jawab yang sama dalam mendidik dan mengasuh anak.
Pembagian tugas ini sesuai dengan nilai-nilai Islam yang menekankan pentingnya kerja sama antara kedua orang tua dalam membentuk generasi yang baik.
Dengan demikian, peringatan Hari Ibu dan Hari Ayah dimaksudkan agar semakin mengedepankan kesetaraan peran orang tua dalam pengasuhan anak, serta mencerminkan ajaran Islam yang menekankan pentingnya kedua orang tua dalam memberikan pendidikan yang komprehensif bagi anak-anak mereka.
Oleh : Aisy
Editor : Redaksi
Posting Komentar