Kyai Muhammad Bin Umar: Pendiri Desa Perdikan Banjarsari dan Penyebar Islam yang Visioner

Masjid peninggalan Kyai Muhammad bin Umar, Jum'at, (4/10/2024). Foto: Muzayyinnur

GARDAJATIM.COM: Kyai Muhammad Bin Umar adalah ulama besar yang sangat dihormati di wilayah Madiun. Ia dikenal sebagai pendiri Desa Perdikan Banjarsari serta tokoh utama dalam penyebaran Islam di Jawa. 

Pada tahun 1755, setelah sukses menjalankan misi diplomasi untuk membawa Pangeran Singosari kembali ke Mataram tanpa pertumpahan darah, Kyai Muhammad mendapatkan anugerah dari Sri Sultan Hamengkubuwono I berupa tanah perdikan bebas pajak. 

Tanah tersebut kemudian menjadi Desa Banjarsari, yang berkembang pesat di bawah kepemimpinannya.

Selama 44 tahun kepemimpinannya (1755-1807), Kyai Muhammad memimpin desa dengan bijaksana.

Salah satu warisannya yang paling berharga adalah Masjid Al-Muttaqin, masjid yang hingga kini tetap menjadi pusat ibadah dan kegiatan masyarakat di Banjarsari. 

Selain itu, Kyai Muhammad juga mendirikan sebuah pondok pesantren yang menjadi tempat menimba ilmu bagi ribuan santri.

Di pesantren ini, ia mengajarkan berbagai disiplin ilmu agama, seperti fiqih, tauhid, dan tasawuf, yang tidak hanya membentuk santri menjadi pribadi yang taat, tetapi juga melahirkan ulama besar yang melanjutkan perjuangan dakwah Islam ke berbagai wilayah.

Kyai Muhammad Bin Umar memiliki sanad keilmuan yang kuat, yang menghubungkannya dengan jaringan ulama besar di Jawa.

Salah satu tokoh penting yang terkait erat dengannya adalah Kyai Bagus Harun, yang juga dikenal sebagai Kyai Ageng Basyariyah. 

Kyai Ageng Basyariyah, pendiri Masjid Al-Basyariyah di Desa Sewulan, turut memainkan peran signifikan dalam penyebaran Islam di Madiun.

Hubungan antara Kyai Muhammad dan Kyai Ageng Basyariyah menggambarkan kerja sama erat dalam dakwah dan pendidikan Islam di daerah tersebut.

Kedua tokoh ini, Kyai Muhammad Bin Umar dan Kyai Ageng Basyariyah, berbagi visi dalam menjadikan masjid dan pesantren sebagai pusat peradaban Islam.

Mereka tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga membimbing masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. 

Pondok pesantren yang mereka dirikan telah mendidik ribuan santri dengan nilai-nilai Islam yang kuat, menciptakan generasi penerus yang berpengaruh dalam perkembangan agama Islam di Jawa.

Warisan spiritual dan keilmuan yang ditinggalkan oleh Kyai Muhammad Bin Umar masih terasa hingga kini.

Keturunan dan santri-santri beliau terus melanjutkan dakwah dan menjaga ajaran-ajaran yang diwariskan. 

Desa Banjarsari dan Desa Sewulan, yang dipimpin oleh Kyai Ageng Basyariyah, kini menjadi pusat keagamaan yang dihormati, sering dikunjungi oleh para peziarah.

Bagi generasi muda, kisah Kyai Muhammad Bin Umar menjadi teladan yang relevan hingga hari ini.

Kebijaksanaan, keberanian, dan dedikasinya menunjukkan bahwa perubahan besar dalam masyarakat dapat dicapai melalui pendidikan, diplomasi, serta kekuatan iman. 

Hingga saat ini, makam Kyai Muhammad Bin Umar tetap menjadi tempat ziarah yang dihormati, di mana banyak orang datang untuk mengenang jasa beliau dalam penyebaran Islam di Nusantara.


Oleh: Muzayyinnur
Editor: Redaksi



0/Post a Comment/Comments