Fenomena “Jam Koma” Jadi Tren Baru Gen Z: Gaya Istirahat atau Kebiasaan Berbahaya?

Ilustrasi
GARDAJATIM.COM: Istilah "Jam koma Gen Z" tengah ramai dibahas di media sosial, terutama di platform seperti TikTok dan X (dulunya Twitter). Fenomena ini menjadi sorotan banyak orang, khususnya generasi muda, yang merasa "terhubung" dengan pengalaman kelelahan mendalam akibat rutinitas padat dan tekanan hidup. 

Namun, apa sebenarnya "jam koma" ini, dan kenapa bisa populer di kalangan anak muda? Yuk, kita bahas lebih dalam!

Apa Itu Jam Koma?

"Jam koma" mengacu pada kondisi kelelahan mental ekstrem yang dialami Gen Z setelah menjalani rutinitas harian yang intens. Kelelahan ini bukan hanya menyerang tubuh secara fisik, tetapi juga mengganggu kemampuan kognitif, seperti sulit berkonsentrasi dan berpikir jernih.

Seseorang yang mengalami "jam koma" biasanya tampak lelah, kurang semangat, dan mudah kehilangan fokus. Akibatnya, mereka sering kesulitan berinteraksi secara optimal, baik dalam kegiatan sehari-hari maupun dalam lingkungan kerja atau pendidikan.

Fenomena ini mendapat perhatian dari berbagai pihak karena gaya hidup Gen Z yang kurang tidur, sering terpapar layar gadget, dan cenderung mengabaikan tanda-tanda kelelahan tubuh. 

Dilansir dari Kompas.com, psikiater sekaligus pendiri Smart Mind Center Consulting, dr. Dharmawan Ardi Purnama, menjelaskan bahwa “cognitive fatigue” atau kelelahan kognitif, seperti "jam koma," sangat berkaitan dengan fungsi otak, meliputi kemampuan berpikir, perhatian, dan daya ingat. 

Selain itu, kondisi ini juga melibatkan aspek emosional dan mental seseorang. Ia menambahkan, meskipun kondisi ini umum terjadi pada orang dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), kelelahan mendalam juga dapat dialami oleh siapa saja yang menghadapi beban mental berat.

Penyebab dan Dampak “Jam Koma”

Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan terjadinya "jam koma," dan mungkin sebagian besar dari kita dapat mengidentifikasi dengan kebiasaan berikut:

1. Gaya Hidup Modern: Waktu yang dihabiskan berjam-jam untuk scrolling media sosial atau binge-watching film sering kali mengorbankan waktu istirahat.

2. Kurang Tidur: Banyak Gen Z yang begadang, baik untuk menyelesaikan tugas atau sekadar berselancar di dunia maya, yang jelas mengurangi energi di siang hari.

3. Tekanan untuk Selalu Produktif: Standar yang tinggi dalam produktivitas sering membuat seseorang merasa perlu terus bekerja tanpa jeda, akhirnya berujung pada kelelahan mental dan fisik yang ekstrem.

4. Stres yang Berkepanjangan: Arus informasi yang terus-menerus, tuntutan sosial, serta ekspektasi tinggi turut memperparah kesehatan mental, sehingga menciptakan kondisi “jam koma.”

Dampak Buruk “Jam Koma”

Meskipun populer di kalangan Gen Z, “jam koma” bisa menjadi kebiasaan yang berbahaya jika tidak ditangani dengan baik. Berikut beberapa dampak yang dapat terjadi:

1. Penurunan Kinerja Kognitif
   Kelelahan kognitif dapat menghambat konsentrasi, mengingat informasi, dan mengambil keputusan, yang berpengaruh pada produktivitas di sekolah atau tempat kerja.

2. Gangguan Kesehatan Mental
   Kondisi ini sering disertai stres, kecemasan, dan depresi. Ketidakmampuan untuk beristirahat dengan baik justru memperburuk masalah kesehatan mental.

3. Masalah Fisik
   Kelelahan berkepanjangan seperti "jam koma" berpotensi menimbulkan sakit kepala, kelelahan kronis, dan gangguan tidur yang lebih parah.

4. Hambatan dalam Interaksi Sosial
   Seseorang yang mengalami “jam koma” mungkin akan merasa enggan berinteraksi, yang berpengaruh pada hubungan sosial dan emosional.

5. Risiko Kesehatan Jangka Panjang
   Kelelahan yang berlarut-larut dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, seperti penyakit jantung dan gangguan metabolik.

Fenomena "jam koma" ini seharusnya menjadi pengingat bagi generasi muda untuk lebih memperhatikan keseimbangan antara aktivitas dan waktu istirahat. Perlu diingat bahwa istirahat bukan sekadar kebutuhan fisik, tetapi juga mental.


Oleh : Aisyatul 
Editor: Redaksi

0/Post a Comment/Comments