Warga Masyarakat Desa Sidomulyo Resah, Abrasi di Pantai Soge Tak Kunjung Ditangani

Kondisi pantai Soge yang berada di Desa Sidomulyo, Ngadirojo Pacitan memprihatinkan akibat abrasi. (Foto: Eko Purnomo)

GARDAJATIM.COM: Kawasan wisata Pantai Soge yang berada di Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan tampaknya berada dalam ancaman serius.


Penyebab utamanya adalah abrasi atau pengikisan permukaan pantai. Dari tahun 2022, daerah pantai berpasir putih itu mengalami pengikisan yang cukup luas karena terdampak gelombang tinggi. Pengikisan terlihat sangat jelas di sepanjang pantai Soge.


Selain dari abrasi, gelombang ombak yang membawa pasir laut menyebabkan perpindahan muara sungai.


Hal ini juga menjadi ancaman serius mengingat sebentar lagi akan memasuki musim penghujan.


Beberapa bangunan hancur akibat hal ini, mulai dari menara pantau, toilet, gazebo, ruko-ruko dan tumbuhan cemara. 

Kondisi bangunan yang sebagian sudah roboh akibat abrasi pantai.


Gelombang air laut dan derasnya aliran Sungai Soge, juga membuat daratan di sekitar pantai di Desa Sidomulyo itu tergerus sepanjang 100-150 meter.


Akibatnya kini jarak antara bibir pantai dengan Jalan Lintas Selatan (JLS) tinggal 8-15 meter. Bahkan jalan pintu masuk ke pantai Soge pun sudah ikut tergerus.


Ketua Bumdes Rejomulyo Desa Sidomulyo, Suratno, mengeluhkan semenjak terjadi abrasi ini pendapatan di sektor wisata turun hingga 80 persen. 


"Pantai Soge ini menjadi mata pencaharian sebagian warga disini dan juga sebagai sumber PAD desa, jadi kami khawatir jika hal ini dibiarkan akan berimbas pada perekonomian warga masyarakat," beber Suratno kepada media gardajatim.com.


Ia juga khawatir kalau hal ini terus dibiarkan, akan membuat jalan JLS terputus karena tergerus gelombang air laut dan derasnya aliran sungai.


Kades Sidomulyo, Agus Sugiyanto, menerangkan bahwa semenjak kejadian ini, pihaknya telah kehilangan beberapa hektar lahan yang ada di sekitar pantai Soge.

Agus Sugiyanto, Kades Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan.


Ia juga mengatakan, selama ini sudah berusaha mencari solusi untuk mengatasi permasalah ini. Mulai dari melaporkan kepada pemerintah daerah maupun kepada swasta.


"Ketika awal terjadi abrasi ini, ada pemberian bronjong dari PUPR untuk menyelamatkan Mushola. Kita juga bekerja sama dengan yayasan DMC dompet dhuafa, dan Alhamdulillah kita diberi bantuan buse beton untuk mengalihkan aliran sungai, namun juga hasilnya belum maksimal," terang Kades Sidomulyo, Minggu (15/09/2024).


Agus juga mengungkapkan, pihaknya juga telah bekerjasama dengan PLTU Pacitan dan mendapatkan bantuan berupa Faba (limbah pembakaran batubara) untuk urukan lapisan bawah, tetapi untuk lapisan atas menggunakan tanah dan pasir di sekitar pantai Soge.


Pihaknya berharap, pemerintah segera memberikan solusi untuk mengatasi permasalah ini. Mengingat kawasan pantai Soge sangat berarti bagi masyarakat dan juga bagi desa Sidomulyo.


"Harapan kami kepada pemerintah yang jelas, kita butuh sebuah pengamanan yang semi permanen atau yang permanen, seperti batu bolder atau bronjong yang sekiranya mampu untuk menghentikan abrasi ini," pungkasnya.

Fenomena ini mengundang sejumlah pemerhati lingkungan yang ada di kabupaten Pacitan, salah satunya dari ormas GRIB Jaya Pacitan yang juga turut mendengarkan keluhan dari warga masyarakat di sekitar pantai Soge. Pihaknya akan berupaya untuk menyampaikan hal ini kepada pihak terkait.


Pewarta: Eko Purnomo

Editor: Redaksi

0/Post a Comment/Comments