Kuasa Hukum, Dimas Triambodo (kiri) dampingi Pasangan Khoirul Badriyawan (Kanan) dan Leni Narasari di Polres Kota Madiun, Senin (9/9/2024) Foto: Gardajatim
GARDAJATIM.COM: Pasangan Khoirul Badriyawan dan Leni Narasari mengeluhkan penanganan RSIA Al Hasanah, Kota Madiun, yang mereka anggap lambat, setelah menunggu selama 15 jam pasca pecahnya air ketuban, yang mereka yakini menyebabkan kematian bayi mereka.
Sementara itu, pihak RSIA Al Hasanah membantah tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa pihaknya telah mengikuti prosedur medis yang tepat, serta kondisi bayi memang sudah lemah sejak lahir, meskipun upaya rujukan ke RSUD telah dilakukan.
Hari ini, kedua belah pihak, baik keluarga pasien maupun perwakilan RSIA Al Hasanah, dipanggil ke Polres Kota Madiun untuk memberikan klarifikasi terkait kasus ini, Senin (9/9/2024).
Menurut kuasa hukum keluarga Leni, Dimas Triambodo, pertemuan di Polres Madiun Kota adalah bagian dari proses penelusuran pihak kepolisian terkait kematian bayi tersebut.
"Ini adalah tahap awal penyelidikan. Kami menunggu hasil klarifikasi dari pihak terkait, termasuk Dinas Kesehatan dan para ahli yang akan memberikan kesimpulan apakah ada pelanggaran prosedur medis," jelas Dimas.
Direktur RSIA Al Hasanah dan dokter kandungan yang menangani Leni juga turut hadir dalam pertemuan tersebut untuk memberikan keterangan.
Hingga saat ini, penyelidikan masih berlangsung, dan semua pihak diharapkan untuk bersabar menunggu hasil investigasi.
"Saat ini, kami hanya mencari keadilan atas kejadian ini. Mengapa bayi kami bisa meninggal, itu yang ingin kami ketahui. Namun, kami juga tidak ingin buru-buru menyalahkan sebelum ada hasil penyelidikan resmi," ujar Khoirul Badriyawan, ayah dari bayi yang meninggal.
Kasus ini masih dalam tahap penelusuran lebih lanjut oleh kepolisian dengan melibatkan berbagai pihak terkait, termasuk tenaga medis dan dinas kesehatan setempat. (Red)
Posting Komentar