Pilkada Jatim 2024: Pertarungan Tiga Kandidat Besar dengan Rekam Jejak Mengesankan

Kolase foto cagub Jawa Timur di Pilkada Jatim 2024. Sumber foto; Wikipedia

GARDAJATIM.COM: Tiga pasangan calon akan bersaing dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2024, yakni Khofifah Indar Parawansa-Emil Elistianto Dardak, Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta, serta Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim. 

Pertarungan ini diprediksi akan mencerminkan dinamika politik yang sarat strategi, di mana masing-masing kandidat mengusung pengalaman panjang dalam kancah politik nasional maupun daerah. 

Rekam jejak serta pencapaian politik mereka menjadi modal kuat dalam meraih dukungan publik, menjadikan Pilgub Jatim 2024 sebagai ajang yang patut diikuti dengan cermat. 

Pertarungan politik ini tak hanya soal kekuatan individu, tetapi juga mengenai strategi koalisi, basis massa, dan kemampuan beradaptasi dengan situasi politik yang dinamis di Jawa Timur.

Setiap calon gubernur memiliki visi yang jelas untuk masa depan Jawa Timur dan menawarkan solusi atas berbagai masalah daerah. Melalui pengalaman karier mereka, para kandidat ini telah menunjukkan kapasitas kepemimpinan dan komitmen terhadap aspirasi rakyat.

Bagaimana pengalaman kerja masing-masing bakal calon gubernur selama ini dalam pemerintahan?

1. Khofifah Indar Parawangsa

Khofifah Indar Parawansa atau yang lebih dikenal Khofifah mengawali karier politiknya dimulai saat dia berusia 27 tahun menjadi anggota DPR RI dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 1992-1997. Pada pemilu berikutnya, 1997, ia terpilih kembali menjadi anggota DPR. 

Pada periode ini, Khofifah hanya bertahan dua tahun. Karena pada waktu itu, tahun 1998, terjadi peralihan rezim Orde Baru ke Era Reformasi.

Pemilu digelar kembali pada tahun 1999, pemilu pertama di Era Reformasi. Kali ini, Khofifah berpindah partai ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), partai yang lahir di Era Reformasi bentukan Abdurrahman Wahid. 

Khofifah terpilih kembali sebagai anggota dewan, tetapi dia tidak lama bertugas di sana. Pada tahun 1999, dia diangkat menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan oleh Presiden terpilih Abdurrahman Wahid pada kabinet Persatuan Indonesia.

Khofifah menjadi menteri juga tidak bertahan lama, hanya dua tahun, seiring jatuhnya Presiden Abdurrahman Wahid untuk periode 1999-2001. Presiden baru Megawati tidak memasukkan Khofifah sebagai menterinya dalam Kabinet Gotong Royong periode 2001-2004.

Berhenti jadi menteri, tidak membuat dirinya kecil hati. Dia semakin aktif di berbagai kegiatan kemasyarakatan. Dia aktif di organissi Muslimat, organisasi sayap perempuan Nahdlatul Ulama (NU). Dia memimpin Muslimat periode 2000-2005.

Kiprah di sosial kemasyarakatan makin terasa dirasakan masyarakat. Masyarakat Jawa Timur mendorong Khofifah untuk ikut colan pemilihan gubernur (Pilgub) Jawa Timur 2013. Khofifah ikut bertarung, tapi belum berhasil.

Pada Pilpres 2014, Khofifah diminta menjadi salah satu juru bicara politik pasangan Jokowi-JK. Hasilnya berbuah manis. Jokowi menang, dan meminta Khofifah untuk menjadi menteri sosial pada kabinet Kerja 2014-2019.

Karier Khofifah di Jawa Timur baru dimulai pada tahun 2019, di mana ia dipercaya untuk memimpin Jawa Timur dengan menjadi Gubernur periode 2019-2024, bersama dengan pasangan Wakil Gubernur Emil Elistianto Dardak, setelah berhasil memenangkan Pilkada Jatim pada Juni 2018.

Dalam Pilkada Jatim 2024 Khofifah-Emil menjadi bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur petahana pada Pilkada kali ini. Pasangan Khofifah-Emil berhasil mendapatkan dukungan dari koalisi 14 partai politik parlemen dan non-parlemen, seperti Gerindra, Golkar, Partai Demokrat, PAN, PKS, PPP, PSI, Partai Perindo, Partai Gelora, Partai Buruh, PBB, Partai Garuda, dan PKN.

Sedangkan visi dan misi yang diusung dalam Pilkada kali ini bertujuan untuk memberikan penguatan terhadap kemakmuran, keadilan, serta peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Jawa Timur, sebagai bagian dari persiapan menuju Indonesia Emas 2045.

Program tersebut dirinci dalam sembilan misi yang dinamakan Nawa Bhakti Satya 2 yang merupakan kelanjutan dari Nawa Bhakti Satya pada periode pertama kepemimpinan mereka.

2. Tri Rismaharini

Tri Rismaharini atau yang kerap disapa Risma ia mengawali kariernya di Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Selama duduk di birokrat, ia pernah menduduki sebagai Kepala Seksi Tata Ruang dan Tata Guna Tanah Bappeko Surabaya pada 1997-2000.

Kemudian Risma menjabat sebagai Kepala Seksi Pendataan dan Penyuluhan Dinas Bangunan Kota Surabaya pada 15 Januari 2001-16 Januari 2002 dan Kepala Cabang Dinas Pertamanan pada 16 Januari 2002-2 September 2002. 

Dia lalu menduduki posisi Kepala Bagian Bina Pembangunan pada 2 September 2002-1 Juni 2005 serta menjadi Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan pada 1 Juni 2005-25 November 2005.

Risma lalu menjabat posisi Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya pada 25 November 2005 - 1Januari 2008.

Terakhir, ia menduduki jabatan sebagai Kepala Bappeko Surabaya pada 1 Januari 2008-30 April 2010 sebelum akhirnya terpilih menjadi Wali Kota. 

Saat menjadi Wali Kota Surabaya, Risma menjadi perempuan pertama yang berhasil menduduki posisi tersebut. Dia pun selalu menyita perhatian saat memimpin Kota Pahlawan itu. Risma dikenal sebagai sosok yang tegas serta membawa Surabaya menjadi kota dengan taman yang indah. 

Bukan hanya taman, Risma juga berhasil menutup gang Dolly, sebuah kawasan prostitusi di Surabaya. Risma juga memiliki ciri khas lugas dalam memimpin, tanpa pikir panjang, dan selalu terjun ke lapangan.

Berkat kerja kerasnya, Risma berhasil mengubah wajah Surabaya menjadi seindah dan sebersih saat ini. Risma juga dinilai sukses menjabat sebagai Wali Kota Surabaya selama dua periode.

Di bawah kepemimpinannya, Kota Surabaya berhasil meraih tujuh kali Piala Adipura secara berturut-turut sejak tahun 2011 sampai dengan 2017 dalam kategori kota metropolitan.

Piala Adipura diberikan untuk kota-kota di Indonesia yang berhasil menjaga kebersihan dan pengelolaan lingkungan perkotaan. 

Setahun setelahnya, Risma menyabet penghargaan Mayor of the Month sebagai Wali Kota Terbaik. Tak hanya itu, Risma juga pernah menyandang penghargaan Ideal Mother Awards dari Islamic Educational Scientific and Cultural Organization (ISESCO) di tahun 2016.

Pada 2014 Tri Rismaharini pernah mendaptkan penghargaan bergengsi dari London Summit Leaders, dalam kategori Innovative City of the Future. Saat itu, Surabaya jadi satu-satunya kota perwakilan dari Indonesia.

Tri Rismaharini juga dikenal sebagai sosok yang tegas melawan tindakan korupsi. Berkat kerja kerasnya melawan korupsi, ia mendapatkan penghargaan Bung Hatta Anti-Corruption Award 2015.

Kemudian di tahun 2020 Risma diangkat oleh Presiden Jokowi menjadi menteri sosial Kabinet Indonesia Maju. 

Dalam kontestasi pilkada Jatim 2024 kali ini Tri Rismaharini menggandeng Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans) untuk maju mencalonkan diri sebagai cagub dan cawagub Jatim yang diusung oleh partai PDIP, Partai Ummat dan Hanura.

3. Luluk Nur Hamidah

Selain Tri Rismaharini dan Khofifah Indarparawansa, Luluk Hamidah juga mencalonkan diri sebagai gubernur Jawa Timur di Pilkada 2024.

Luluk Nur Hamidah adalah politisi yang lahir di Jombang, Jawa Timur, pada 25 Juni 1971.

Luluk merupakan anggota DPR RI Fraksi PKB yang berasal dari daerah pemilihan Jawa Tengah IV periode 2019-2024. Di PKB, Luluk Nur Hamidah pernah menjadi Sekjend DPP Perempuan Bangsa. 

Luluk dikenal aktif memperjuangkan kebijakan pro-rakyat di DPR RI. Ia selalu vokal dalam menyuarakan isu lingkungan, pemberdayaan perempuan, dan kesejahteraan sosial selama menjadi anggota parlemen.

Sebelum bergabung dengan PKB, Luluk Nur Hamidah aktif di berbagai organisasi. Ia pernah menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (KOPRI PMII) tahun 1997 - 2000.

Tak hanya itu, Luluk pernah menjadi wakil ketua sekretaris jenderal PP RMI-PBNU 2005-2010. Ia juga tercatat pernah menjadi pengurus di Pengurus Pusat Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (PP LKK NU) dan KNPI, serta menjadi konsultan Sekolah Citra Alam hingga Direktur Yayasan Masyarakat AHIMSA 2001-2010.

Dalam kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 Luluk Nurhamidah dipasangkan Lukmanul Khakikm sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur Jawa Timur yang diusung oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Ketiga calon ini mencerminkan dinamika politik Jawa Timur yang semakin kompleks. Pengalaman dan visi mereka masing-masing akan menjadi kunci dalam menarik dukungan pemilih dan menentukan arah masa depan daerah tersebut.


Oleh: Aisy
Editor: Redaksi 

0/Post a Comment/Comments