Pahami Deskriptif vs Preskriptif: Bikin Diskusi Lebih Menarik

Deskriptif vs Preskriptif, Foto: IlustrasiCopilot

GARDAJATIM.COM: Di era digital sekarang, media sosial sering banget jadi tempat debat panas dan ide-ide yang clash abis. 

Salah satu contohnya bisa kita lihat dari perdebatan netizen tentang kasus pelecehan seksual.

Nah, perdebatan ini ngebuka mata kita tentang betapa pentingnya ngerti perbedaan antara pernyataan deskriptif dan preskriptif. 

Yuk, kita bahas lebih dalam supaya diskusi kita jadi lebih produktif!

Apa Itu Pernyataan Deskriptif?

Jadi, pernyataan deskriptif itu adalah pernyataan yang cuma ngejelasin atau ngasih gambaran tentang sesuatu tanpa melibatkan penilaian atau opini.

Misalnya, kalau kamu bilang, "Rumah Raffi gede banget," 

ini berarti kamu cuma ngegambarin ukuran rumahnya Raffi. 

Gak ada unsur baik atau buruk di sini, cuma fakta aja.

Pernyataan deskriptif ini sifatnya netral dan cuma bertujuan untuk menggambarkan realitas yang ada.

Kalau mau ngecek kebenarannya, ya tinggal ukur rumah Raffi dan bandingin sama standar yang ada. Gampang kan? 

Apa Itu Pernyataan Preskriptif?

Nah, beda banget sama pernyataan deskriptif, pernyataan preskriptif ini ngasih tau gimana seharusnya sesuatu terjadi dengan melibatkan penilaian atau rekomendasi. 

Misalnya, kalau seseorang bilang, "Seharusnya orang yang belum nikah dilarang punya rumah sebesar rumah Raffi," 

Pernyataan ini jelas-jelas punya sikap atau pandangan tentang kepemilikan rumah berdasarkan status keluarga.

Pernyataan preskriptif gak cuma nyampein fakta, tapi juga nambahin opini atau saran tentang apa yang seharusnya dilakukan. 

Ini bikin perdebatan jadi lebih rumit karena melibatkan nilai-nilai dan norma yang dipegang oleh masing-masing orang.

Kenapa Pemahaman Ini Penting?

Paham bedanya pernyataan deskriptif dan preskriptif itu penting banget, terutama buat ngindarin miskomunikasi saat diskusi. 

Misalnya, di media sosial sering banget kita lihat seseorang nyampein pernyataan deskriptif, tapi lawan bicaranya nanggepin kayak pernyataan preskriptif, atau sebaliknya. 

Akibatnya, diskusinya jadi ngawur dan gak nyambung.

Contoh nyata, bayangkan ada dua netizen yang berdebat soal pelecehan seksual. 

Netizen A bilang, "Sebagian besar kasus pelecehan seksual terjadi pada perempuan yang berpakaian terbuka." 

Ini adalah pernyataan deskriptif yang nyampein data fakta berdasarkan hasil penelitian. 

Tapi kalau Netizen B jawab, "Kita gak seharusnya nyalahin korban pelecehan seksual cuma karena pakaiannya," 

ini udah jadi pernyataan preskriptif, yang nyampein pandangan atau opini tentang apa yang seharusnya terjadi.

Di sini jelas banget ada ketidaksinkronan, karena Netizen A ngomongin fakta, sementara Netizen B ngomongin tentang apa yang seharusnya dilakukan berdasarkan pandangannya. 

Tanpa pemahaman yang tepat, perdebatan ini bakal terus berlanjut tanpa titik temu yang jelas.

Gimana Cara Merespons yang Tepat?

Setelah ngerti perbedaan antara pernyataan deskriptif dan preskriptif, kamu bisa lebih jago dalam merespons. 

Kalau kamu ketemu pernyataan deskriptif, fokus aja untuk memverifikasi kebenaran dari fakta yang disampaikan. 

Kalau data yang disajikan udah benar, gak ada yang perlu diperdebatkan lebih lanjut, kecuali kalau kamu mau nambahin perspektif preskriptif baru.

Sebaliknya, kalau kamu ketemu pernyataan preskriptif, jawablah dengan menyatakan apakah kamu setuju atau enggak dengan pandangan yang disampaikan. 

Jelasin alasan di balik pandangan kamu supaya diskusi jadi lebih mendalam dan bermakna. Ini penting supaya kamu bisa berargumen dengan jelas dan tepat sasaran.

Penutup

Dengan paham perbedaan antara pernyataan deskriptif dan preskriptif, kamu bisa bikin diskusi jadi lebih sehat dan terstruktur. 

Kamu bakal lebih mudah bedain mana yang fakta dan mana yang opini, sehingga bisa merespons dengan cara yang lebih relevan dan produktif. 

Semoga penjelasan ini membantu kamu dalam menjernihkan banyak percakapan yang selama ini mungkin terjebak dalam perdebatan yang gak nyambung. 

Dengan begini, kita bisa menghindari miskomunikasi dan bikin argumen kita lebih tajam dan berbobot!


Sumber: Malaka Projects 

Penulis: Minul Anggraeni 
Editor: Arga Narulata 

0/Post a Comment/Comments