Foto: Ilustrasi
GARDAJATIM.COM: Generasi Z, yang tumbuh di era digital, kini menghadapi tantangan kesehatan mental yang semakin kompleks akibat pengaruh media sosial. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa penggunaan intensif platform seperti Instagram dan TikTok berkaitan erat dengan penurunan kesejahteraan mental di kalangan remaja.
Fenomena ini memicu masalah serius seperti kecemasan, depresi, dan rendahnya rasa percaya diri.
Dr. Lisa Hartono, pakar psikologi dari Universitas Indonesia, menyoroti dampak media sosial terhadap kesehatan mental generasi muda, khususnya Generasi Z.
"Generasi Z tumbuh dalam lingkungan yang terhubung secara digital, membuat mereka lebih rentan terhadap tekanan sosial dan perbandingan yang tidak sehat. Kecemasan sosial dan ketergantungan pada validasi digital menjadi isu utama yang perlu diperhatikan," jelasnya.
Salah satu dampak utama dari kecanduan media sosial adalah fenomena fear of missing out (FOMO), di mana individu merasa cemas atau tidak puas karena merasa tertinggal dari aktivitas atau pengalaman yang dibagikan orang lain di media sosial.
Rasa tidak puas ini dapat memicu stres berkelanjutan dan dampak negatif pada kesehatan mental.
Ditambah lagi, kebiasaan menggunakan ponsel hingga larut malam mengganggu pola tidur. Gangguan tidur ini dapat memperburuk masalah psikologis yang sudah ada, seperti kecemasan dan depresi.
Kurang tidur memengaruhi kemampuan individu untuk mengatasi stres dan memproses emosi dengan baik, sehingga menambah beban kesehatan mental.
Namun, di balik tantangan tersebut, teknologi juga menawarkan peluang untuk mengakses layanan kesehatan mental dengan lebih mudah. Platform konseling daring dan aplikasi meditasi menjadi alat yang bermanfaat dalam mendukung kesehatan mental.
Aplikasi seperti Headspace dan Calm, misalnya, menawarkan teknik untuk mengurangi stres, meningkatkan kualitas tidur, dan mempromosikan kesejahteraan emosional.
Para ahli kesehatan mental merekomendasikan pendidikan tentang literasi digital yang sehat untuk Gen Z.
Dr. Hartono menekankan, "Pendidikan tentang cara menggunakan media sosial secara bijak dan mengelola eksposur terhadap konten negatif sangat penting. Ini harus melibatkan kolaborasi antara keluarga, sekolah, dan pemerintah."
Untuk menghadapi masalah ini secara efektif, perlu ada upaya kolaboratif. Keluarga harus berperan aktif dalam mengawasi dan membimbing anak-anak mereka mengenai penggunaan media sosial.
Sekolah juga harus memasukkan kurikulum literasi digital yang mengajarkan keterampilan untuk menghadapi tekanan media sosial. Pemerintah, di sisi lain, dapat mendukung melalui kebijakan yang mempromosikan kesehatan mental dan akses ke sumber daya yang relevan.
Dengan pendekatan yang lebih sadar dan terkoordinasi, diharapkan Gen Z dapat memanfaatkan teknologi secara lebih bijak dan sehat, tanpa harus mengorbankan kesejahteraan mental mereka di tengah arus informasi yang terus berkembang pesat.
Kesadaran dan pendidikan tentang dampak negatif media sosial, serta penerapan strategi coping yang efektif, adalah kunci untuk menjaga kesehatan mental generasi muda di era digital ini.
Oleh: Muzayyinnur
Editor: Redaksi
Posting Komentar