Menelusuri Jejak Spiritual Masjid Al-Basyariyah Sewulan Madiun: Dari Sejarah Hingga Kehidupan Modern

Masjid Al-Basyariyah, Desa Sewulan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun. Foto: Muzayyinnur

GARDAJATIM.COM: Tersembunyi di sudut Desa Sewulan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, Masjid Al-Basyariyah berdiri sebagai salah satu saksi bisu sejarah Islam di Jawa Timur.

Didirikan pada tahun 1740 M oleh Kyai Ageng Basyariyah, masjid ini memancarkan aura spiritual yang kuat hingga saat ini. 

Dengan arsitektur tradisional yang tetap terjaga, masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat. 

Apa yang membuat masjid ini bertahan selama lebih dari tiga abad, dan bagaimana perannya dalam kehidupan modern? Simak penelusuran lengkapnya di bawah ini.

Masjid Al-Basyariyah didirikan oleh Kyai Ageng Basyariyah, seorang ulama besar yang juga dikenal sebagai Raden Mas Bagus Harun.

Dia adalah putra dari Pangeran Nolojoyo, Adipati Ponorogo, yang kemudian mendapatkan tanah perdikan di Desa Sewulan sebagai hadiah dari Raja Mataram. 

Di tanah itulah, Kyai Ageng Basyariyah membangun masjid ini sebagai pusat dakwah dan pendidikan Islam di kawasan Madiun.

Nama "Sewulan" sendiri memiliki arti simbolis, berasal dari kata "sewu" (seribu) dan "wulan" (bulan), yang mencerminkan kekuatan spiritual dan karomah yang melekat pada desa ini. 

Masjid Al-Basyariyah dibangun untuk menyebarkan ajaran Islam dan menjadi pusat spiritual yang hingga kini masih diakui oleh masyarakat setempat. 

"Karena ditemukan pada malam lailatul qadar yang juga diartikan sebagai malam seribu bulan, Kiai Ageng Basyariyah menamai tanah perdikan tersebut dengan nama Sewulan yang berarti seribu bulan," jelas Kiai Imam Sururi, salah satu imam Masjid Sewulan, Selasa (10/9/2024).

Bangunan Masjid Al-Basyariyah memiliki desain yang unik, menggabungkan unsur-unsur arsitektur Jawa dan simbol-simbol Islam.

Atap masjid berbentuk tajug dengan tiga undakan, yang melambangkan perjalanan spiritual dari syariat, thariqat, hingga mencapai hakikat. 

Tiang-tiang utama masjid melambangkan empat mazhab dalam Islam Sunni, yang menegaskan pentingnya pemahaman keagamaan yang mendalam.

Kiai Imam Sururi, menjelaskan bahwa masjid ini bukan hanya tempat shalat, tetapi juga menjadi pusat bagi warga untuk belajar dan memahami ajaran Islam.

Lanjutnya, dengan setiap elemen bangunan yang memiliki makna filosofis mendalam yang diajarkan kepada generasi muda, seperti yang disampaikan oleh Raden Mas Bagus Harun melalui tarekat Syattariyah dari gurunya, Kiai Ageng Muhammad Besari, yang menekankan pentingnya tasawuf dalam kehidupan sehari-hari.

"Masjid ini bukan hanya tempat untuk shalat, tetapi juga pusat berkumpulnya warga untuk memahami ajaran Islam, dengan setiap elemen bangunan yang memiliki makna filosofis mendalam," ujar Kiai Imam Sururi.

Meskipun telah berusia lebih dari 280 tahun, masjid ini tetap terawat dengan baik berkat renovasi berkala yang dilakukan oleh masyarakat desa. 

Namun, setiap renovasi tetap mempertahankan keaslian bangunan, menjaga agar nilai historis dan spiritual yang terkandung di dalamnya tetap hidup.

Saat ini, Masjid Al-Basyariyah tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat berbagai kegiatan keagamaan dan sosial.

Berbagai pengajian, tadarus Al-Qur'an, dan peringatan hari-hari besar Islam rutin diadakan di masjid ini. 

Setiap bulan Safar, masjid ini juga menjadi tuan rumah haul untuk mengenang jasa Kyai Ageng Basyariyah, yang dihadiri oleh warga setempat maupun peziarah dari berbagai daerah.

Yani, selaku Ta’mir Masjid Al-Basyariyah, menjelaskan bahwa pihaknya terus berupaya agar masjid ini tetap menjadi pusat kehidupan keagamaan di Desa Sewulan. 

"Kegiatan-kegiatan yang kami adakan di sini tidak hanya untuk warga desa, tetapi juga untuk siapa saja yang ingin mendalami agama dan mempererat ukhuwah Islamiyah," jelasnya.

Generasi muda desa turut aktif dalam memanfaatkan masjid ini sebagai tempat untuk memperdalam ilmu agama dan mempererat persaudaraan. 

Dengan fasilitas yang lebih modern, seperti ruang pendidikan, Masjid Al-Basyariyah terus menjadi pusat spiritual dan pendidikan bagi masyarakat Desa Sewulan.

Masjid Al-Basyariyah menjadi simbol kuat akan pentingnya menjaga warisan spiritual dan budaya di tengah arus modernisasi. 

Meskipun zaman terus berubah, nilai-nilai yang diajarkan oleh Kyai Ageng Basyariyah tetap melekat kuat di hati masyarakat Desa Sewulan. 

Masjid ini bukan hanya sebuah bangunan, tetapi sebuah perjalanan sejarah dan spiritual yang hidup dalam kehidupan sehari-hari warga desa.

Melalui peran pentingnya dalam kehidupan religius dan sosial, Masjid Al-Basyariyah akan terus menjadi pusat spiritual di Desa Sewulan, menerangi perjalanan iman generasi demi generasi.


Oleh: Muzayyinnur
Editor: Redaksi

0/Post a Comment/Comments