GARDAJATIM.COM: Generasi Z mengubah cara dunia mencari informasi. Alih-alih menggunakan Google, platform yang dulu menjadi raja pencarian, mereka lebih memilih media sosial seperti TikTok, Instagram, dan Twitter atau bahkan mengandalkan kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT untuk menemukan jawaban.
Tren ini menandai pergeseran besar dalam kebiasaan digital, di mana pencarian kini lebih interaktif, visual, dan cepat, sesuai dengan gaya hidup serba instan anak muda saat ini. Apa yang membuat media sosial begitu menarik bagi Gen Z dalam pencarian informasi.
Dilansir dari survei yang dilakukan oleh Forbes Advisor dan Talker Research terhadap 2.000 orang Amerika, mencatat sebanyak 45 persen Gen Z cenderung menggunakan "pencarian sosial" di platform seperti TikTok maupun Instagram, alih-alih Google.
Sementara itu, hanya 35 % generasi millennial yang melakukan pencarian di TikTok maupun Instagram, Gen X 20 %, dan generasi Boomers 10 %.
Mark Shmulik, analis internet di Bernstein Research, menjelaskan bahwa Gen Z dan generasi muda lainnya kini beralih ke platform berbeda untuk pencarian informasi.
"Selamat tinggal Google. Audiens yang lebih muda sekarang lebih suka 'pencarian' daripada 'googling'," ujar Shmulik, seperti yang dilansir Business Insider pada Kamis, 12 September.
Seiring bertambahnya usia, Gen Z semakin bergantung pada media sosial sebagai alat pencarian utama mereka.
"Gen Z tumbuh di era internet yang sudah cukup matang. Bagi mereka, internet bukanlah tempat yang asing, melainkan rumah," kata Shmulik.
Lalu Mengapa Gen-Z mulai Berpindah dari Google
Bagi generasi muda sendiri media sosial menjadi platform utama dalam mencari informasi tentang produk yang harus dibeli, tempat makan, dan aktivitas yang bisa dilakukan.
Berdasarkan data dari GWI Core, pada tahun 2023, sekitar 52 persen Gen Z mengandalkan media sosial sebagai mesin pencari utama untuk merek, produk, dan layanan.
Platform media sosial seperti Instagram dan TikTok semakin populer di kalangan Gen Z, terutama dalam mencari barang secara online melalui fitur e-commerce dan iklan yang disesuaikan. Menyadari pergeseran ini, Google juga mengakui perubahan tren tersebut.
Prabhakar Raghavan, wakil presiden senior Google, mengungkapkan dalam konferensi Fortune's 2022 Brainstorm Tech bahwa Gen Z kini lebih memilih TikTok dan Instagram sebagai sumber utama informasi dibandingkan dengan mesin pencari tradisional.
Google semakin kehilangan relevansi di kalangan Gen Z karena beberapa faktor utama. Pertama, platform khusus lebih memenuhi kebutuhan spesifik mereka.
Gen Z tidak hanya mencari informasi, tetapi mencari sesuatu yang menarik, relevan, dan fokus pada satu topik. Misalnya, mereka cenderung menggunakan TikTok untuk melihat ulasan produk, karena platform ini menawarkan review yang jujur dari berbagai kreator konten.
Kedua, media sosial, terutama TikTok, telah berfungsi sebagai browser alternatif. Gen Z menggunakan TikTok untuk menjelajahi produk baru, hobi, bahkan materi edukasi. Dengan algoritma yang menyesuaikan konten dengan minat pengguna, TikTok menawarkan pengalaman yang lebih personal.
Ketiga, antarmuka Google yang kini semakin berantakan juga menjadi faktor. Google telah mengadaptasi banyak iklan dan konten bersponsor, menjadikannya lebih membingungkan dibandingkan sebelumnya.
Pengguna sering menemui iklan dan konten yang tidak relevan saat mencari informasi, sementara Gen Z mengutamakan pengalaman pencarian yang cepat, tepat, dan minim gangguan iklan.
Banyak Bermunculan Teknologi AI
Tren kecerdasan buatan (AI) mengalami lonjakan pesat setelah kemunculan ChatGPT dari OpenAI pada akhir tahun 2022. AI generatif berbasis teks ini memicu adopsi besar-besaran teknologi GenAI oleh berbagai perusahaan.
Meskipun istilah seperti prompt dan machine learning sudah dikenal oleh sebagian orang, banyak istilah teknis lainnya yang masih asing bagi banyak orang.
Inovasi ini memungkinkan pengguna untuk mengajukan pertanyaan kompleks dan percakapan serta mendapatkan jawaban terperinci secara langsung, menghilangkan kebutuhan untuk menjelajahi berbagai halaman web.
Chatbot kini semakin banyak diterapkan dalam aplikasi dan situs web, memberikan jawaban yang disesuaikan dengan pertanyaan pengguna. Jenis informasi yang dipersonalisasi dan langsung ini menjadi area di mana Google mengalami kesulitan, terutama dengan model bisnisnya yang didominasi iklan.
Seiring dengan kemajuan teknologi AI, hal ini semakin menambah tantangan bagi Google dalam mempertahankan supremasinya di pasar mesin pencari.
Oleh : Aisy
Editor : Redaksi
Posting Komentar