Festival Rawat Jagad, Berkah Untuk UMKM Tetapi Beban Bagi Desa Dan Sekolah

Iksan, Salah satu pelaku UMKM yang berjualan di depan pasar Sawo Pacitan, tengah sibuk menyiapkan daganganya menyambut event Rawat Jagad (Foto: Eko Purnomo)

GARDAJATIM.COM: Festival Rawat Jagad kembali digelar untuk yang ketiga kalinya di Kabupaten Pacitan.

Event yang sudah menjadi agenda tahunan ini sebenarnya bertujuan untuk melestarikan tradisi dan seni budaya, mengembangkan potensi seni budaya serta untuk memberdayakan dan meningkatkan ekonomi masyarakat (UMKM) yang ada di kabupaten Pacitan.

Selain itu, kegiatan ini diharapkan bisa menjadi daya tarik wisatawan luar daerah maupun mancanegara untuk berkunjung ke kabupaten Pacitan.

Event Rawat Jagad tahun ini mengusung tema ” Eleng Lan Waspodho”, tema tersebut memiliki makna sebagai upaya untuk mengajak semua Pacitan untuk selalu menjaga keamanan, keharmonisan kehidupan, menjaga alam dan lingkungan serta waspada dengan segala kemungkinan ancaman bencana baik alam maupun sosial.
Sejumlah pedagang mulai ramai menyiapkan daganganya, menyambut acar Rawat Jagad di sekitar alun-alun Pacitan.

Acara yang di dalangi oleh konsorsium Kangen Pacitan ini, dilaksanakan pada hari Sabtu (21/9/2024), mulai sore hingga malam hari di sepanjang jalan Ahmad Yani Pacitan.

Tampak para pedagang UMKM sudah mulai ramai mempersiapkan daganganya mulai dari pagi.

Salah seorang pedagang, Iksan, yang berjualan di depan pasar Sawo pun menyambut baik kegiatan ini. 

"Alhamdulillah, ini menjadi berkah untuk kami para pelaku UMKM. Dengan adanya acara seperti ini, penjualan kami berpotensi naik signifikan," ucapnya kepada gardajatim.com, Sabtu (21/9/2024).

Namun disisi lain, ada sejumlah pihak yang mengeluh dengan adanya acara tersebut. Seperti lembaga sekolah, desa-desa dan wali murid yang mau tidak mau, harus mengikuti kegiatan ini.

Salah satu Kades di Pacitan yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, pihaknya mulai kewalahan menghadapi kegiatan yang sering di adakan di Pacitan.

Terlepas siapa yang mengadakan, yang jelas semua membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. 

"Dari desa-desa diminta untuk membantu menyiapkan ubo rampe, seperti tumpeng dan beberapa kebutuhan lainya," terangnya.

Sementara itu, beberapa Kepala sekolah dan Guru-guru juga mengeluhkan hal yang sama.

"Bayangkan saja mas, kemarin sudah padat dengan kegiatan agustusan, kemudian acara menggambar dan acara-acara lainnya. Untuk sekali tampil saja membutuhkan anggaran yang tidak sedikit, mulai dari sewa kostum, akomodasi, konsumsi, latihan dan lain-lain," jelas seorang guru yang tidak mau disebutkan namanya.

Ia juga menjelaskan, bahwa kegiatan belajar mengajar di sekolah kadang terganggu karena digunakan untuk latihan, mempersiapkan diri mengikuti acara-acara tersebut.

Sejumlah pengamat mengatakan, Pemkab Pacitan yang sering mengadakan berbagai event sebenarnya baik dan bernilai positif. 

Siswa menjadi punya ruang untuk berekspresi dan mengembangkan bakatnya di dunia seni dan budaya.

"Tetapi kalau kegiatan itu terlalu sering, memang bisa menganggu kegiatan belajar siswa, dan tentu perlu tambahan biaya bagi sekolah, siswa dan orang tua siswa," ucap salah satu kepala sekolah yang turut mengamati.


Pewarta: Eko Purnomo
Editor: Wahyu Aji Putra



0/Post a Comment/Comments