Benteng Van Den Bosch. Sumber foto: Aisy
GARDAJATIM.COM: Berdiri kokoh di Kabupaten Ngawi, Benteng Van Den Bosch, yang lebih dikenal sebagai Benteng Pendem, merupakan peninggalan bersejarah dari masa kolonial Belanda.
Dibangun pada abad ke-19, benteng ini menjadi bagian dari perjalanan panjang penjajahan Belanda di Indonesia, sekaligus saksi bisu perjuangan rakyat Ngawi melawan penindasan kolonial.
Menurut catatan dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Ngawi, benteng ini mulai dibangun pada tahun 1825 dan selesai pada 1830, di bawah komando Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch.
Berada di lokasi strategis, tepat di pertemuan Sungai Bengawan Solo dan Sungai Madiun, Benteng Van Den Bosch memberikan keunggulan taktis bagi Belanda dalam mengawasi wilayah sekitar dan memadamkan perlawanan lokal. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat pertahanan militer, yang menjadi kunci dalam mengontrol daerah sekitarnya.
Nama "Benteng Pendem" dan Kondisi Terkini
Sebutan "Benteng Pendem" disematkan karena posisi bangunan ini terletak lebih rendah dari permukaan tanah di sekelilingnya, sehingga terlihat seperti terkubur.
Walaupun sudah lama tidak digunakan untuk keperluan militer, aura sejarah yang terpancar dari bangunan ini masih sangat terasa. Bahkan, kerusakan bangunan akibat usia semakin menambah daya tarik bagi wisatawan yang tertarik merasakan atmosfer masa lalu.
Benteng ini memiliki beberapa bagian utama, seperti barak-barak tentara, gudang senjata, dan terowongan bawah tanah. Arsitektur khas Eropa abad ke-19 yang masih tampak jelas hingga hari ini, membuat Benteng Van Den Bosch menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang unik. Selain mempelajari sejarah, para pengunjung juga dapat menikmati keindahan bangunan yang menyatu dengan alam sekitar.
Jejak Perlawanan dan Sejarah
Selain berfungsi sebagai benteng pertahanan, Benteng Van Den Bosch juga menyimpan kenangan kelam sebagai tempat penahanan dan penyiksaan banyak pejuang Indonesia selama masa penjajahan. Benteng ini pernah menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Ngawi melawan kekuatan kolonial. Bahkan setelah Indonesia merdeka, benteng ini sempat tetap digunakan oleh militer Belanda sebelum akhirnya ditinggalkan.
Di balik dinding-dinding tuanya, benteng ini menyimpan banyak kisah heroik tentang para pejuang lokal yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk kemerdekaan.
Tokoh-tokoh gerilyawan dan pahlawan setempat pernah berjuang melawan penjajah di kawasan sekitar benteng, menjadikannya bukan sekadar bangunan tua, melainkan simbol perlawanan dan semangat kebangsaan yang abadi.
Daya Tarik Wisata Sejarah
Saat ini, Benteng Van Den Bosch telah menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang populer di Kabupaten Ngawi. Setiap harinya, wisatawan baik lokal maupun mancanegara datang untuk menyaksikan sisa-sisa kejayaan masa kolonial dan mempelajari kisah panjang yang menyertainya.
Pemerintah daerah setempat telah melakukan sejumlah restorasi guna menjaga kelestarian benteng dan menyediakan fasilitas bagi pengunjung.
Benteng ini menjadi kebanggaan bagi masyarakat Ngawi. Selain sebagai peninggalan sejarah yang penting, kehadiran benteng ini juga menjadi pengingat akan perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan.
Wisatawan yang berkunjung dapat menikmati keindahan arsitektur yang tersisa, serta merasakan atmosfer sejarah yang kuat di setiap sudut bangunan.
Melestarikan Warisan Sejarah
Sebagai salah satu situs bersejarah penting di Indonesia, pelestarian Benteng Van Den Bosch harus terus dilakukan. Upaya-upaya yang telah dijalankan bertujuan untuk memastikan bahwa generasi mendatang masih bisa memahami dan menghargai pentingnya benteng ini, baik dari aspek sejarah maupun arsitektur.
Di balik bangunan yang semakin lapuk dimakan waktu, tersembunyi sejuta kisah tentang perjuangan, penindasan, hingga kebangkitan. Benteng Van Den Bosch adalah saksi bisu masa lalu yang tetap berdiri tegak di tengah perubahan zaman.
Ia menawarkan pelajaran berharga bagi setiap orang yang ingin mengenal lebih dalam tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Oleh: Aish
Editor: Redaksi
Posting Komentar