Tradisi Methil, Hasil Panen di bawa ke Pasucen untuk didoakan bersama oleh Tokoh Adat Desa Metesih (Foto:Eko ib)
GARDJATIM.COM: Methil adalah tradisi warisan leluhur di kalangan petani menjelang masa panen raya padi. Methil berarti memetik dalam bahasa Indonesia, secara khusus bisa juga dimaknai boyong padi.
Meski methil sudah banyak ditinggalkan dan terlupakan, namun tidak bagi sebagian petani di wilayah Madiun mereka masih setia menjalankan tradisi ini.
Seperti terlihat di Desa Metesih Kec. Jiwan Kabupaten Madiun, ternyata tradisi ini masih dilestarikan. Tradisi itu disebut "Methil Pariseba", yang hari ini kembali di diselenggarakan di area persawahan Desa Metesih, Minggu (14/7/2024) Pagi.
Acara adat tersebut di pimpin oleh Kepala Desa Metesih Paidjo, didampingi Ketua Lembaga Adat Desa Metesih Parni dan Ketua PKHN Madiun. Dihadiri oleh perangkat desa, para abdi dalem Karaton Surakarta, tokoh adat, tokoh masyarakat setempat, among tani dan warga desa.
Ketua Lembaga Adat Desa Matesih Parni menjelaskan bahwa, prosesi "Methil Pariseba" dimulai oleh kirab ubo rampe dari depan pendopo Eko Manggolo Desa Metesih menuju tempat prosesi.
Kemudian, rombongan kirab membawa ubo rampe menuju area persawahan. Disana mereka memanen padi lalu dibawa ke tempat pasucen. Hasil panen, ubo rampe dikumpulkan ditempat prosesi untuk didoakan bersama, dipimpin oleh pujonggo desa.
"Methil adalah salah satu budaya leluhur kita, sebagai ucapan terimakasih kepada Allah yang mana sudah memberi bumi sebagai sumber penghidupan. Lewat tangan petani yang mengolah sawah, merawat benih menjadi padi," Jelasnya.
Tambahnya, upacara Methil diawal masa panen ini adalah sebagai tanda syukur, harapan agar di dihindarkan dari bala bilahi dan masyarakat desa mendapatkan berkah.
Kepala Desa Matesih Paidjo menyampaikan panen raya tahun ini lebih baik dari tahun kemarin. Lahan persawahan seluas 139 ha dengan 300 lebih petani di Desa Metesih mengalami peningkatan hasil panen sejumlah 8-9 ton/hektar, hasil itu jauh lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
" Acara ini sebagai wujud syukur kepada Allah SWT, karena hasil panen tahun ini jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya," ujarnya.
Harapannya, acara tradisi methil ini terus diadakan setiap tahun dan hasil panen di tahun berikutnya lebih baik lagi.
Sementara itu, KP. Hari Andri Winarso Wartonagoro Ketua Perkumpulan Kusumo Hondrowino (PKHN) Madiun yang turut hadir, sangat mengapresiasi tradisi Methil di Desa Metesih ini.
"Tradisi semacam ini bisa menjadi contoh untuk desa lain di wilayah Madiun. Karaton Surakarta sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan ini," jelasnya.
Melalui PKHN, Karaton Surakarta Hadiningrat ingin melestarikan budaya lokal seperti di desa Metesih ini. Beberapa bentuk kerjasama kebudayaan akan ditingkatkan dengan pemerintah daerah baik di kota Madiun maupun kabupaten Madiun. (Arg)
Posting Komentar