Ernest Dowen Dekker (Danudirdja Setiabudhi): Peletak Dasar Nasionalisme Indonesia

Ernest Dowen Dekker (Danudirdja Setiabudhi). Foto: Istimewa.

Gardajatim.com - Ernest Dowen Dekker atau Danudirdja Setiabudhi adalah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia. Ia lahir di Pasuruan, Jawa Timur, pada tanggal 8 Oktober 1879 dari pasangan Auguste Henri Eduard Douwes Dekker, seorang agen bank keturunan Belanda, dan Louisa Neumann, seorang wanita berdarah Jawa-Jerman. Ia adalah keponakan dari Eduard Douwes Dekker, penulis novel Max Havelaar yang lebih dikenal dengan nama pena Multatuli.

Ernest Dowen Dekker menempuh pendidikan dasarnya di Pasuruan, Surabaya, dan Batavia. Setelah lulus sekolah, ia bekerja di perkebunan kopi Soember Doeren di Malang. Di sana, ia menyaksikan perlakuan semena-mena yang dialami oleh para pekerja pribumi oleh pihak kolonial. Hal ini membangkitkan rasa nasionalisme dan keadilan sosial dalam dirinya.

Pada tahun 1903, ia menikah dengan Clara Charlotte Deije, seorang wanita keturunan Jerman-Belanda, dan memiliki lima anak, namun dua di antaranya meninggal sewaktu bayi. Pada tahun 1912, ia bersama dengan Tjipto Mangoenkoesoemo dan Suwardi Suryaningrat mendirikan partai politik pertama di Hindia Belanda, yaitu Indische Partij. Partai ini bertujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan Hindia Belanda dari penjajahan Belanda dengan menggalang persatuan antara semua golongan yang tinggal di Nusantara, istilah yang dicetuskan oleh Ernest Dowen Dekker sebagai nama alternatif untuk Hindia Belanda.

Karena aktivitas politiknya, Ernest Dowen Dekker sering mendapat tekanan dan ancaman dari pemerintah kolonial. Ia juga sempat ditangkap dan diadili karena tuduhan makar. Pada tahun 1919, ia bercerai dengan istrinya dan menikah lagi dengan Johanna Petronella Mossel, seorang guru keturunan Yahudi, pada tahun 1927. Ia juga melanjutkan pendidikannya di Universitas Zurich, Swiss, dan mendapatkan gelar doktor pada tahun 1930.

Pada tahun 1941, saat Jepang menginvasi Hindia Belanda, Ernest Dowen Dekker ditangkap dan dibuang ke Suriname oleh Belanda. Di sana, ia tetap berjuang untuk kemerdekaan Indonesia dengan menulis dan berbicara di berbagai forum. Ia juga bergabung dengan organisasi anti-fasis dan anti-kolonial, seperti Liga Anti-Imperialisme dan Liga Anti-Fasis. Ia baru dapat kembali ke Indonesia pada tahun 1949, setelah Indonesia meraih kemerdekaan.

Ernest Dowen Dekker meninggal dunia pada tanggal 28 Agustus 1950 di Bandung, Jawa Barat, karena penyakit jantung. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra. Atas jasa-jasanya, ia dianugerahi gelar pahlawan nasional Indonesia pada tahun 1964 oleh Presiden Soekarno. Ia juga diabadikan sebagai nama jalan, sekolah, dan universitas di berbagai kota di Indonesia. Ia dianggap sebagai salah satu peletak dasar nasionalisme Indonesia di awal abad ke-20. (Editor: Fajar Setiawan)


Dikutip dari berbagai sumber.

0/Post a Comment/Comments